Pages

Selasa, 31 Januari 2017

Andy Claver Part 3: Now Or Never



Aku dan Claudio si boneka pemarah sudah berada tepat di depan pintu kamar Frank. Sudah puluhan kali aku menolak ide Claudio untuk berbicara tentang ini, tentang dia, tentang kemampuan Claver. Frank dan Raura pasti akan mengejekku habis-habisan. Dan sekarang, aku berada di depan pintu kamar Frank sambil menggendong sebuah boneka seperti orang tolol. Claudio berkata akan lebih bagus dia diam dulu, dia akan hidup ketika aku sudah menjelaskan semuanya pada Frank.
Aku mengumpulkan nyali untuk mengetuk pintu kamar Frank, ini sudah seperti sebuah misi bunuh diri. Kuketuk pintu kamarnya, tidak ada respon mungkin karna dia tidak mendengar. Bagaimana dia bisa mendengar dengan suara-suara lagu metal berisik dari kamarnya?
beberapa saat kemudian kucoba lagi, kali ini lebih kuat. Musik dari kamarnya pun mati, kini hening. Frank membuka sedikit pintu kamarnya, ketika melihatku, dia langsung memasang wajah jijik.
"Ada apa?" tanyanya malas seraya menarik kebelakang rambut gondrongnya yang sudah lewat bahu.
"Frank.. Kalau kau tidak keberatan, hmmm.. Mungkin aku bisa masuk. Ada sesuatu yang sangat penting yang ingin kubahas." Frank menatap tanpa ekspresi ke wajahku, kemudian melihat boneka yang kugendong, lalu melihatku lagi.
"Dengar, aku senang kita tidak pernah berbicara, dan aku ingin terus seperti itu sampai aku mati nanti." Ucap Frank. Sudah kubilang, dia memang bajingan. Frank lalu menutup kembali pintunya. Claudio lalu memutar kepalanya dan menatapku seolah-olah aku yang salah. Dia kembali menyuruhku mengetuk pintu Frank, aku menolak namun dia tetap memaksa,
"Demi Tuhan bung, kita tidak punya waktu. Apa kau ingin semua keluargamu dan orang-orang yang ada di rumah ini mati? kita harus mengetahui kemampuanmu dan kedua kakakmu sekarang juga, agar kalian dapat melindungi rumah ini." Claudio marah padaku. Frank sialan, jika dia tidak membiarkanku masuk kali ini, aku akan tetap memaksa masuk. Kuketuk lagi pintu Frank dengan lebih keras namun tidak dibuka, kucoba mengetuk lebih keras sambil menendang-nendang pintunya. Tiba-tiba Frank membuka pintunya dengan sangat cepat, lalu menarik kerah bajuku, "Kau akan kupukul sampai wajahmu tidak akan terbentuk lagi!" bentaknya. Tangan kirinya menarik kerah bajuku, sementara tangan kanannya bersiap memukulku. Dengan tangannya yang berotot itu, kurasa satu pukulan saja bisa mematahkan rahangku.
"Hentikan itu bocah gondrong." Claudio berkata. Frank lalu menoreh ketempat asal suara. Dia kelihatan tidak percaya ketika melihat boneka itu bergerak, mulutnya mengangap, matanya melotot. Frank melihatku sebentar lalu kembali melihat Claudio.
"Andy, kau benar-benar aneh." ucapnya pelan sambil menarik kembali kedua tangannya.
"Frank, untuk kali ini saja kumohon dengarkan aku. Nasib keluarga kita sedang dalam keadaan terancam. Aku yakin kau sudah tahu kemampuan spesial yang kau miliki dari keturunan Claver. Aku juga yakin kau tahu kalau semua yang dikatakan kakek bukanlah kebohongan." Frank mengangguk-angguk pelan namun matanya masih terus menatap Claudio.
"Ini untuk pertama dan terakhir kalinya kau memasuki kamarku, Andy. Ayo masuk." Frank membuka pintu kamarnya lalu aku dan Claudio masuk ke kamar Frank. Sudah sangat lama sejak terakhir kali aku melihat kamar Frank, kini kamarnya sudah sangat berubah. Kamarnya sangat luas dengan 2 buah ranjang. Dindingnya dipenuhi dengan poster-poster band Metal, Punk, dan juga.. Entahlah, semacam gambar-gambar pemujaan Iblis kurasa. Disudut kamar ada sebuah TV super besar lengkap dengan DVD dan kaset-kaset musik Hardcorenya. Namun kamar si maniak Frank ini sedikit gelap, lampunya berwarna oranye bukan putih. Seluruh kamarnya juga didominasi oleh warna hitam dan merah. Mulai dari dinding, tempat tidur, lemari, sofa, dan lain-lain.
"Hei dungu, kenapa malah melamun? ayo cepat bercerita lalu kau dan mainanmu ini bisa pergi." Frank membuyarkan lamunanku. Claudio terlihat marah karna disebut mainan,
"Beraninya kau sebut aku mainan! kalau kau sudah kuhajar mungkin sifat sombongmu itu akan berkurang."

"Wow, benda kecil, kau mengancamku? kau akan memukulku dengan apa? tangan mungilmu itu?" ejek Frank. Claudio semakin kesal, dapat kulihat dari wajah kayunya yang kini sudah sangat menyeramkan. Claudio mengangkat tinggi-tinggi kedua tangannya, aku tidak tahu apa yang dilakukan Claudio namun perlahan sofa yang berada disampingku bergerak. Sofa itu kemudian melayang, semakin tinggi. Claudio mengayunkan tangannya dengan cepat kearah Frank lalu sofa yang lumayan besar itu melayang cepat dan menghantam tubuh Frank hingga Frank jatuh tersungkur.
Aku mencoba menghentikan Claudio, namun dia memberi tanda dengan tangannya agar aku jangan ikut campur.
Frank yang kesakitan mencoba bangkit, wajahnya terlihat sangat marah, "Kau.. Beraninya kau.." Frank memegangi tubuhnya yang kesakitan, aku yakin kalau badannya memar. Sofa sebesar itu menghantam tubuhnya dengan keras, itu pasti sangat menyakitkan.
"Ya, ayo nak. Tunjukkan kemampuanmu. Hehehe.." Claudio kembali mengangkat tangannya, bersiap menyerang. Dasar kedua makhluk bodoh ini, kenapa malah jadi berkelahi?
Frank lalu membuka bajunya, kini terlihat tubuhnya yang sixpack dan berotot. Dan, hahaha.. Benar dugaanku, perut bagian atas sampingnya memar dan kebiruan. Aku senang dia terluka, tapi aku juga takut karna mereka akan berkelahi. Aku sekarang sudah tahu salah satu kemampuan Claudio adalah telekinesis, dan sebentar lagi aku juga akan segera tahu kemampuan Frank. Ketika mereka akan saling serang, terdengar suara keributan dari luar. Suara jeritan, pecahan kaca, dan raungan kesakitan. Claudio dan Frank menghentikan pertikaian mereka, Claudio terlihat begitu panik.
"Hey ada apa?!" tanya Frank penasaran karna Claudio terlihat begitu ketakutan.
"Sial, aku bodoh. Bodoh!" Claudio menepuk-nepuk jidatnya sendiri.
"Hey memangnya ada apa Claudio?" tanyaku. Claudio mengintip keluar dari jendela kamar Frank, dia melihat ke langit.
"Bagaimana mungkin aku bisa lupa. Sekarang, PURNAMA!" teriak Claudio,
"Monster-monster serigala itu akan semakin kuat. Harusnya tadi pagi aku membawa kalian kerumah kakek kalian."
"Nanti saja kau stresnya mainan bodoh, sekarang ayo kita periksa keluar terlebih dahulu!" Frank berlari keluar, aku dan Claudio pun menyusul. Pintu masuk rumah kami sudah hancur berkeping-keping, begitupun jendelanya.
"Berarti bukan cuma satu Monster serigala. Ayo, kita harus segera ke kamar kakakmu yang satu lagi." Kata Claudio. kamipun berlari menuju kamar Raura, namun pemandangan mengerikan terlihat di ruang tamu. Ruang tamu kami sangat luas, biasanya para pembantu sering membersihkan ruang tamu pada malam hari, karna kalau pagi biasanya mereka sangat sibuk. Namun, kami melihat kalau dua orang pembantu kami sudah mati dengan usus yang terbuai. Tubuh dan wajah mereka juga hancur.
"Ayo cepat. Monster itu tidak disini, kita harus segera memeriksa kamar Raura." Claudio berlari paling depan, dengan kakinya yang pendek itu ternyata dia dapat berlari dengan sangat kencang. Kami tidak sengaja melihat kearah dapur, pembantu kami yang lain juga sudah tewas tercabik-cabik. Bahkan ada yang tubuhnya terbelah dua.
"Hey bocah gondrong. Jangan tahan kemampuanmu atau kita semua akan mati. Monster serigala ini sangat kuat, apalagi sekarang purnama. Sepuluh boneka dengan kemampuan sepertiku pun tidak akan mampu mengalahkannya." Claudio menerangkan sambir terus berlari. Frank sama sekali tidak memasang wajah takut, malah wajahnya terlihat sangat marah. Hampir seluruh dinding yang kami lewati terdapat bercak darah. Lantai dipenuhi darah.
Akhirnya kami sampai di kamar Raura, namun ternyata Monster serigala itu sudah ada di depan pintu. Bulunya berwarna putih keperakan, badannya besar dan sangat berotot, tinggi makhluk itu kira-kira lebih dari dua meter. Aku melihat kuku yang sengaja dia pamerkan untuk menakuti kami, kukunya seperti kumpulan pisau tukang jagal. Dia melihat kami sambil menunjukan giginya yang besar dan runcing. Serigala itu tidak berdiri dengan empat kaki, melainkan dua kaki dan tangannya sangat besar.
Kenapa dia tidak langsung ke kamar Raura? atau dia memang menunggu kami?
Monster serigala itu lalu mendekati kami, Claudio melepaskan kalung salibnya dan membaca mantra-mantra aneh, sementara Frank mengepal erat tangannya dan tubuhnya bergetar. Lalu aku, aku hanya diam menahan takut. Rasanya aku ingin mengompol, terlebih lagi ketika makhluk itu mendatangi kami dengan cakarnya, semakin dekat. Semakin dekat..

2 komentar:

  1. Itu termasuk perbuatan syirik gk bro

    BalasHapus
  2. Wah semakin seru nih. Mau lanjut ke cerita selanjutnya. Penasaran apa sih kekuatan si Andy..

    BalasHapus

Disqus Shortname

Comments system