Pages

Sabtu, 17 September 2016

A Psychopath Called "Loner" Part 2: Lara

 
A Psychopath Called "Loner"

2. Lara
Aku membutuhkan sebuah pistol, atau setidaknya beberapa. Beserta seluruh pelurunya. Tapi aku harus mendapatkannya secara paksa, karna tidak mungkin orang biasa dapat menggunakan senjata api di negeri ini. Apalagi aku tidak prrnah memiliki KTP dan surat-surat lainnya. Karna, aku adalah seorang penyendiri.
Jadi aku berencana untuk merampok seorang polisi malam ini. Dia adalah seorang komandan. Bagaimana aku tahu? karna sudah lama aku mengincarnya. Sudah puluhan kali kulewati rumahnya untuk mengamati, kubaca tentang jati dirinya di internet. Dia tinggal diperumahan elit, jadi aku harus masuk secara diam-diam agar tak diketahui penjaga didepan gerbang masuk menuju perumahan itu. Tenang saja, aku adalah ahlinya menyelinap.

Sebelum pergi, aku menyiapkan segalanya terlebih dahulu. Seperti peralatan untuk merampok, senjata untuk membantai, dan tentu saja jacket hoodie dan sebuah topeng. Aku mempunyai ratusan topeng, tapi yang menjadi favoritku adalah topeng polos berwarna biru. Topeng itu terbuat dari plastik yang sangat keras, bahkan sudah mengalami banyak retakan. Aku paling suka topeng itu diantara topeng lainnya. Kenapa? karna topeng itu aku dapatkan ketika membantai puluhan anak dipanti asuhan. Aku tidak tahu kalau itu adalah panti asuhan karna mirip dengan rumah, jadi.. Kukira itu adalah rumah. Hehehe..
Baiklah, segalanya sudah siap. Tinggal berangkat. Ohhh, aku suka saat-saat ini. Begitu mendebarkan, membuat senang, dan sangat menggairahkan. Tapi, aku ingin "pamit" pada keenam anak yang kuculik diruangan pribadi milikku.
Ruangan ini besarnya 5x8 meter, cukup luas. Apalagi ruangannya sangat indah. Didominasi dengan warna pink, fasilitas lengkap, ada tv dan juga komputer. Ada kulkas yang berisi banyak makanan, dan tiga buah ranjang yang sangat empuk. Diranjang itulah aku memperkosa keenam anak ini secara bergiliran. Kadang kuperkosa mereka sekaligus. Nikmat sekali rasanya memperkosa mereka, apalagi ketika wajah mereka pasrah karna kuancam dengan pisau.
Mereka sedang bermain game dikomputer ketika aku masuk, mereka awalnya tertawa satu sama lain namun langsung diam dan takut begitu aku masuk. Aku tersenyum pada mereka, kulepas jacket hoodie dan kaos ku hingga terlihat otot dada dan perut yang sixpack. Hei, aku tidak berbohong. Aku memang sering melatih tubuhku. Ada banyak alat-alat olahraga dirumahku ini.
"Lagi ngapain?" tanyaku lembut pada mereka. Mereka tak menjawab, mereka semua ketakutan. Sial, aku benci ketika mereka saling berpelukan seperti itu. Seolah-olah aku adalah monster yang harus dihindari. Kudekati mereka lalu kujambak dan kutampar satu-persatu. Luka lebam yang lama belum sembuh dari wajah dan tubuh mereka kini kembali muncul luka baru. Mereka menjerit dan menangis, lalu kutelanjangi mereka semua. Usia mereka kira-kira baru sekitar 11 dan 12 tahun. Selalu ada 6 orang anak dikamar khususku ini, tidak kurang dan tidak lebih. Dan seperti yang kubilang sebelumnya, bila bosan akan kubunuh salah satu bahkan sekaligus lima anak lalu kucari yang lain. Namun ada seorang anak yang sudah hampir 9 bulan dikamar khusus ini tanpa pernah kuganti. Namanya adalah Lara, dia anak seorang pengusaha yang kini sudah menjadi mayat dikuburan. Wajahnya begitu polos dan manis, jadi aku tidak tega sampai harus membunuhnya. Apalagi tubuhnya mulus, putih, dan bersih. Sial, membayangkan itu aku mulai menggoda Lara. Kuciumi lehernya dan juga dadanya. Dia hanya diam, mereka semua diam. Tidak ada yang berani melawan. Aku tidak tahan lagi, aku baru ingat ada seorang anak yang baru saja kubawa kemarin malam. Dia masih 11 tahun. Dia melihatku dari daerah paling pojok. Kupanggil dia agar mendekatiku namun dia menggeleng ketakutan. Aku benci ketika anak-anak ini berani melawan, kemudian kujambak rambutnya secara paksa agar mendekat kearahku. Kupukuli tubuhnya yang mungil itu hingga mengeluarkan bunyi "BUKK" yang kuat. Kucekik lehernya sekuat tenagaku, lalu.. Dia tidak bergerak lagi. Sial, anak ini mati. Dasar lemah. Matanya melotot akibat kucekik tadi, dan lidahnya menjulur keluar.
Anak-anak lain yang melihat itu kemudian berkumpul lalu saling berpelukan. Mereka menangis, ketakutan, dan juga trauma. Kecuali Lara, sepertinya dia sudah terbiasa. Dibelainya kepala teman-temannya sambil memandang dingin kearahku. Aku kemudian tersenyum padanya. Anak yang mati tadi, kuperkosa mayatnya didepan kelima anak yang tersisa. Darah keluar dari kemaluan bocah yang sudah menjadi mayat ini. Mata mereka tidak berhenti mengeluarkan airmata ketika melihat aku bersetubuh dengan mayat teman mereka. Aku hanya tertawa. Lucu sekali wajah mereka, kau tahu.
Setelah selesai, kugeret mayat anak tadi keluar dengan cara menarik kaki kanannya. Kemudian kututup lalu kukunci kembali pintunya, Lara masih melihatku dengan tatapan sinis. Bocah sombong, awas kau nanti malam. Setelah aku selesai merampok si komandan polisi bajingan itu, kuperkosa kau habis-habisan.
Mayat anak tadi, kau tau akan kuapakan? kubakar, lalu kuberi makan anjing-anjingku. Oh ya, kalian belum kuberitahu kalau aku memiliki 10 anjing penjaga bertubuh besar. Mereka kulatih agar menjadi ganas dan tidak segan-segan membunuh penyusup yang berani mencoba memasuki rumahku. Semua anjing itu ada diluar ruang bawah tanah ini, tepatnya disekeliling bangunan stasiun. Mereka sudah sangat jinak padaku, jadi mereka tidak perlu kuikat agar dapat bermain sepuasnya kesana kemari sekaligus menjaga tempat ini dari penyusup. Mereka tidak akan lari atau kabur. Mereka sudah sangat menyayangiku, tuannya.
Aku mendatangi mereka dengan potongan daging bakar, daging anak tadi. Aku bersiul, tidak sampai 5 menit anjing-anjing berotot itu mendatangiku dari berbagai arah. Mereka memelukku dan menjilati wajahku. Kucampakkan daging itu kepada mereka dan mereka lalu melahap daging itu dengan sangat buas. Bahkan bagian kepala bocah itu juga dimakan oleh mereka sampai otak-otaknya.

Karna segala yang dibutuhkan sudah lengkap, kini saatnya pergi. Aku mengenakan hoodie dan jeans panjang, sementara topengnya akan kugunakan ketika beraksi, karna aku tidak ingin orang-orang mencurigaiku. Aku pergi dengan mengendarai sebuah motor keren. Aku tidak membelinya, aku merampoknya lalu menyembelih pemiliknya.
Saatnya... Saatnya pergi menuju rumah polisi bajingan itu. Merampok rumahnya, memperkosa istri dan anaknya tepat didepannya. Lalu, lalu aku akan membunuhnya dengan sadis. Aku sangat membenci polisi. Hehehe...


0 komentar:

Posting Komentar

Disqus Shortname

Comments system