Pages

Selasa, 31 Januari 2017

Andy Claver Part 8: Grandpa Tony



Kakek menuangkan teh kegelasku setelah sebelumnya menuangkan teh ke cangkir Frank dan Raura. Ron tidak suka teh, dia sedang memakan daging burung dengan lahapnya, sementara Clara ada di kamar sedang tertidur pulas. Butuh waktu setengah hari bagi kami untuk sampai kerumah kakek dari kota itu dengan menaiki bus. Kakek tidak begitu terkejut ketika kami mengetuk pintu rumahnya, dia sepertinya sudah lama tau kalau kejadiannya akan begini dan kami akan datang kerumahnya.
Sekarang kami tengah makan siang, dengan lauk seadanya di meja kayu yang besar dengan ukiran indah. Frank dengan lahap memakan santapannya, sama dengan Ron. Frank tidak banyak bicara dengan kakek kami, sepertinya Frank membenci kakek. Oh tentu, si idiot itu memang membenci semua orang. Raura, dia sepertinya tidak berselera makan, dia terlihat tengah memikirkan sesuatu.
"Hahaha... Apakah petualangan kalian menyenangkan?" kakek tiba-tiba mengagetkan kami dengan tawanya yang besar dan berisik. Frank sampai memuntahkan makanannya karna terkejut, dia menatap tajam pada kakek lalu pergi keluar meninggalkan kami. Kakek kami hanya tersenyum melihat Frank.
"Maaf, aku hanya ingin tahu. Hahahaha. Frank itu, tidak pernah berubah." sambung kakek. Petualangan apa yang dimaksud kakek? dasar tua gila, mungkin petualangan itu lebih mirip dengan percobaan bunuh diri.
Kakek terus melihatku, seperti ingin memaksaku untuk berbicara. Ayolah, kenapa bukan Raura?
"Kakek, maaf selama ini telah menganggapmu gila dan juga berbohong padaku. Ya ya ya, aku salah." ucapku seraya menyendokkan sesuap nasi dengan daging burung ke mulutku.
Kakek menggeleng, lalu tertawa,
"Hehehe.. Bukan itu yang ingin kudengar. Monster apa yang menyerang kalian? dan dimana boneka bodoh itu? sejak kalian sampai disini, kalian tidak berbicara sepatah katapun."
ketika aku akan menjawab pertanyaan kakek, Raura tiba-tiba membuka mulutnya.
"Kami diserang oleh Werewolf dan Raksasa bernama Gigantors, lalu Werewolf menyelamatkan kami. Kami hidup, lalu kami kerumahmu kakek. Ini terjadi begitu saja."
Kakek mengangguk dan memejamkan matanya,
"Hmmm... Werewolf ya, mereka memang sangat naif. Tapi Gigantors, kalian bersyukur bisa selamat dari mereka. Gigantors adalah musuh yang sangat kuat, kulit mereka tidak dapat ditembus dengan senjata apapun dan kelemahan mereka hanyalah A..."
.
"Api. Ya kami sudah tau kakek. Seorang misterius berjubah hitam dan bertopeng tengkorak menyelamatkan kami, kau tahu siapa dia?" Raura kembali berbicara ketika aku baru saja akan ikut memotong omongan kakek.
"Berjubah hitam? aku tidak tahu siapa dia. Mungkin saja dia adalah salah satu anak dengan kemampuan spesial. Kalian belum menjawab pertanyaanku, dimana Claudio? Andy, dimana Claudio? padahal sudah kusuruh boneka itu untuk menjaga kalian. Aku akan menghajarnya bila bertemu lagi dengannya. Grrr.." Wajah kakek berubah menjadi merah menahan marah. Jarang sekali aku melihatnya marah. Dia menggenggam tinjunya diatas meja hingga urat-uratnya yang besar itu menonjol. Badan kakek kami memang sangat besar. Tinggi dan berotot karna dulunya dia adalah anggota militer.
"Kakek, Claudio sudah sudah melakukan tugasnya dengan sangat baik. Dia bahkan hampir mengorbankan dirinya untuk kami. Namun dia tetap disana untuk mencari ayah katanya." Aku menjelaskan semuanya pada kakek karna takut melihatnya semakin marah. Kakek melihatku lalu kembali tertawa.
"Oh begitu kah? Hahahahaha... Claudio, aku ingat betul saat pertama kali melihatnya hidup. Ngomong-ngomong soal ayah kalian, kalian tidak perlu khawatir. Dia itu kuat walaupun tidak memiliki kemampuan spesial. Hahahaha.." Kakek terus ketawa bahkan sambil memukulkan tangan besarnya ke meja. Ron yang melihat itu menjadi geli sendiri lalu ikut tertawa,
"Andy, kau tidak pernah cerita kalau kakekmu sangat aneh, gila dan lucu. Hahaha.." ucap Ron padaku, kakek yang mendengar itu malah tertawa semakin kencang. Terlebih lagi Ron. Sialan, dasar dua orang bodoh.
"Baiklah. Aku akan berkebun dulu. Kalian istirahatlah. Hehehe." Kakek lalu bangkit, mengambil topi tuanya digantungan pakaian lalu keluar menuju halaman belakang. Raura berkata kalau dia akan menemani Clara saja. Sementara Ron, dia mengajakku untuk bermain Playstation 3 di ruang tamu. Yap, kakek kami memiliki Playstation 3 dirumahnya. Sebenarnya itu adalah milikku, karna liburan kemarin aku berada dirumahnya dan aku tau akan sangat membosankan jadi aku meminta dibelikan Playstation dari ayah.
"Kau duluan saja Ron, aku ingin berbicara dengan kakek sebentar." Wajah Ron merengut, lalu berubah menjadi mengejek,
"Hey, bilang saja kau takut kalah. Hahahaha. Tapi, terserahlah. Aku main duluan." Ron bangkit dari kursinya. Tuhan, perutnya semakin buncit saja. Rambutnya keriting, dia benar-benar jelek. Tapi, aku akui, dia adalah sahabat yang setia dan juga baik.
Aku lalu berjalan ke halaman belakang menuju tempat kakek berkebun. Kakek memang memiliki kebun yang luas dihalaman belakangnya.
Ada berbagai macam sayuran, pohon pisang, jeruk, dan juga pepaya. Tempatnya juga sangat asri dan nyaman. Dia sudah merombak halaman belakangnya, dari tempat penuh rawa dan menjijikan menjadi sangat hijau dan nyaman. Dia melakukannya seorang diri. Kakek memang senang bekerja, ada saja yang dikerjakan oleh orang tua itu.
"Kakek.. Kau keberatan kalau kuganggu?" Aku mendekati kakek yang sedang mencangkul lahannya. Sepertinya dia akan menanam sayuran disitu.
"Hehehe.. Tentu saja kau menggangguku. Tapi, ah, tidak masalah. Ada Andy?"
Kakek meletakan cangkulnya, dan mengajakku duduk disebuah batang kayu besar yang sudah mati.
"Ayo cerita. Apa ada yang mengganggumu? Frank menyakitimu lagi?" tanya kakek. Aku menggeleng.
"Bukan itu kakek. Kau lihat, Raura dan Frank sudah menunjukan kemampuan mereka. Sementara aku, aku tidak berguna. Semuanya hampir saja mati karna aku."
.
"Hmmm... Kau akan segera mengetahuinya. Aku saja butuh waktu belasan tahun sebelum mengetahui kemampuanku. Raura dapat membuat tubuhnya menjadi transparan dan menghilang. Frank, dia dapat merubah tubuhnya menjadi beruang. Meski begitu, aku belum tahu kemampuan asli Frank dan Raura, kekuatan mereka pasti bukan hanya itu. Aku yakin. Sementara aku, aku dapat menghidupkan benda mati yang kubuat dengan mantra ajaib. Aku juga mempelajari beberapa mantra hitam yang sangat berbahaya. Dan juga kekuatan fisikku setara dengan 10 orang pria dewasa. Hahahaha." kakek menepuk pundakku. Lalu tersenyum. Seakan-akan dia sudah menjawab semua pertanyaanku, padahal belum.
"Kakek, lalu apa kemampuanku?"
.
"Kau tidak mendengarkan. Kau sendiri yang akan mengetahuinya. Cepat atau lambat. Karna kemampuan itu datang secara alami."
Kakek menatap kearah mataku. Mata kakek yang coklat dan keriput itu seperti menyimpan sejuta misteri yang sangat sulit untuk dipecahkan. Kakek pernah bercerita kalau dia sudah ratusan kali berhadapan dengan banyak monster, dulu kukira dia hanya mendongeng.. Kini aku yakin kalau itu semua benar.
Setelah puas berbincang, kakek lalu menyuruhku untuk beristirahat. Padahal masih ada begitu banyak pertanyaan yang ingin kuajukan padanya.
Sekarang hari sudah larut, jam sudah menunjuk pukul 11 malam. Semuanya sudah terlelap tidur. Rumah ini memiliki 3 kamar, Clara dan Raura tidur dikamar paling ujung, Ron dikamar dekat ruang tamu, dan kamar kakek ada di dekat gudang. Rumah kayu yang nyaman dan juga besar. Aku masih membaca sebuah buku diruang tamu sambil sesekali menatap layar TV yang kutonton. Lalu tiba-tiba kakek keluar dari kamarnya dengan terburu-buru lalu terlihat terkejut ketika melihatku.
"Kukira kalian semua sudah tidur. Masuk ke kamarmu Andy." Perintah kakek padaku. Dia lalu berjalan dengan tergesa-gesa keluar rumah setelah sebelumnya mengambil jaketnya.
"Kakek tunggu, ada apa? kenapa terburu-buru?" aku bangkit dari kursi dan berupaya mengejarnya.
"Frank, si bodoh itu belum kembali juga. Dia pasti ketempat itu. Aku yakin."
.
"Kakek, tempat apa? aku ikut!"
.
"Tidak, kau tetap disini. Terlalu berbahaya." Kakek lalu keluar dan mengunci pintu dari luar. Sial. Ada apa ini?

2 komentar:

Disqus Shortname

Comments system