Pages

Sabtu, 24 September 2016

A Psychopath Called "Loner" Part 9: Perang Antar Psikopat


A Psychopath Called "Loner"

9. Perang Antar Psikopat

Aku memutuskan untuk membantu Alex, adikku untuk menangkap para psikopat-psikopat itu. Kalian pasti bertanya kenapa kan? Tadi malam kami berbicara kembali mengenai hal ini. Dia berjanji akan membantuku juga dengan kasusku, maksudku.. Semua kejahatan yang telah kulakukan. Lalu, apakah aku akan berhenti menjadi orang jahat? tidak akan pernah. Hehehe... Bahkan sampai iblis menjadi baik sekalipun. Alasanku membantunya hanyalah, aku ingin mendapat kesenangan lain. Hal yang berbeda. Lebih menantang.
Aku sedang dalam perjalanan menuju rumahnya. Rumah yang kemarin aku bunuh satpam-satpamnya. Alex berbohong kalau itu semua adalah karna kejahatanku, Loner. Namun dia berdalih kalau malam itu rumahnya dirampok. Hahaha... Dasar polisi keparat. Tapi kalau bukan karna itu aku pasti sudah makin dalam bahaya sekarang. Lalu mayat Cindy, ah sial... Mayatnya menghilang. Dia sudah tidak ada disana ketika aku kembali dari mengantar Alex kerumah sakit. Aku tahu gadis itu masih hidup. Anjing, dia pasti sedang memburuku sekarang. Hahaha...
Akhirnya aku sampai dirumah Alex. Suasana sangat sepi, tidak ada lagi satpam dan penjaga. Hanya ada beberapa buah CCTV baru disana-sini.
Alex sudah menunggu dihalaman rumah. Dia tengah menyirami bunga-bunga yang ada di pot. Malam-malam begini? bung, dia lebih gila ternyata.
Aku memarkirkan motorku tepat didepan post satpam. Ahh, aku jadi rindu pada satpam-satpam itu. Apa kabar mereka sekarang?
Alex berhenti menyiram bunga ketika tahu kalau aku datang. Dia mengambil sesuatu dari sakunya. Sebuah kertas dan beberapa buah foto. Dia memberikan benda-benda itu padaku, "Itu adalah target pertama kita. Karna cuma dia pembunuh berantai yang paling banyak informasinya sekarang."
Aku melihat foto-foto itu dengan seksama. Seorang pria bertubuh besar. Dia memakai topeng tengkorak dan juga seragam tentara. Seragam tentara? setahu ku seragam itu tidak dijual. Hmmm.. topeng itu juga kalau tidak salah adalah milik unit tentara paling elit di negeri ini. Kopasus. Serius?
"Kau pasti bercanda, Alex..."

"Kau baca saja dulu info-info tentang bajingan itu di kertas yang kuberikan, bajingan." Alex memotong kalimatku. Aku memasang wajah cemberut padanya. Polisi anjing. Sok hebat. Jika bukan adikku, sudah kurobek mulutnya.
Aku kemudian membaca seluruh kata yang ada di kertas itu. Ditulis disini kalau orang ini adalah mantan tentara, namun dalam suatu misi yang beresiko, dia terkena ledakan dahsyat hingga membuat kulit dan wajahnya hancur melepuh. Kemudian dia dikeluarkan dari pekerjaannya karna sudah dianggap tidak mampu. Dia cacat fisik. Ketika membunuh, dia memakai nama, "Cool Skull".
"Kalian para aparat memang keparat. Aparat keparat. Dia sudah mengorbankan dirinya sendiri demi tugas dan negara, tapi kalian memecatnya."

"Kalau tidak tahu apa-apa diam saja, Andre. Memang seperti itu prosedurnya. Prajurit yang tidak mampu akan diberhentikan. Dia sudah cacat, lagipula dia diberhentikan dengan terhormat."

"Ya ya ya, terserah saja njing. Aku bahkan tidak perduli padanya dan semua korban yang dia bunuh."

"Kita pergi sekarang. Aku sedang tidak ingin memukulimu saat ini." Alex melangkah kearah mobilnya, menekan kuncinya hingga mobil mahal itu berbunyi, "biipp", "biipp". Aku mengikutinya dari belakang dengan terburu-buru,
"Hei tunggu. Sekarang? kau tidak bilang kita akan pergi sekarang. Aku bahkan tidak membawa topeng dan senjataku."

"Kau baiknya jangan memakai topeng, bung. Karna kau akan ketahuan adalah Loner. Kita juga bukan datang untuk membunuhnya dasar pembunuh. Kita akan menangkapnya. Itu adalah dua hal yang berbeda." Aku mengalah. Kalau adu mulut dengannya aku pasti kalah, adu fisik apalagi. Aku diam saja dan ikut masuk ke mobil. Meski dalam hati aku ingiiiiiin sekali menghajarnya. Mungkin suatu saat.
"Baiklah jenius, kemana kita akan pergi?" tanyaku begitu mobil ini sudah keluar dari halaman rumah.
"Aku sudah memata-matai orang ini lebih dari polisi manapun. Kau dan juga orang ini. Aku sudah mendapatkanmu lebih dulu kan, walaupun aku tidak melaporkanmu. Aku yakin sebentar lagi juga akan mendapatkan orang ini." jawabnya sambil terus mengemudikan mobil.
"Bangsat, kau tahu itu tidak menjawab pertanyaanku kan? kemana kita akan pergi?!"
"ciiiittttt" suara ban mobil ketika berhenti mendadak, Alex berhenti mendadak. Ketika aku akan memakinya karna berhenti mendadak seperti itu, aku mengurungkan niatku itu karna melihat ada seorang gadis yang tengah berhenti ditengah jalan diatas sebuah motor. Dia menatap kami dengan tajam. Memutar-mutarkan pisau yang dipegangnya. Aku kenal dia, aku kenal gadis itu.…

0 komentar:

Posting Komentar

Disqus Shortname

Comments system