Pages

Selasa, 27 September 2016

A Psychopath Called "Loner" Part 11: Loner vs Cool Skull (2)

A Psychopath Called "Loner"

11. Loner vs Cool Skull (2)

Beberapa saat kami berkendara dengan mobil, kami pun sampai disebuah rumah tua yang sudah hancur. Rumah ini terbuat dari kayu, kayunya juga sudah sangat tua dan lapuk. Kacanya sudah pecah, hanya menyisakan beberapa bagian. Dan kalian tahu, rumah ini berada ditengah-tengah hutan. Kami harus memarkirkan mobil jauh diluar hutan sana dan berjalan kaki menuju rumah ini. Belum lagi ada banyak kubangan lumpur, hingga baju dan celanaku terlihat sangat kotor. Sial. Hutan ini sendiri juga masih sangat "perawan", kelihatannya jarang dimasuki banyak orang. Ada banyak sekali pohon disini. Kalau aku adalah pengusaha kayu mungkin aku sudah kaya.
"Kau yakin itu adalah rumahnya?" tanyaku pada Alex. Dia mengangguk,
"Tentu. Aku sudah melacaknya melalui komputer, dengan bantuan hacker tentunya. Tak kusangka dia ceroboh." kami lalu berjalan mengendap kerumah itu. Alex terlihat sangat siaga dengan pistolnya. Dasar polisi bodoh, penakut. Begitu pria aneh yang berjuluk "Cool skull" itu keluar, aku akan langsung menusuk kepalanya dengan parangku.
"Tidak dikunci," Alex membuka pintu itu. Terdengar suara "Kreekk" yang sangat berisik. Kami lalu masuk kedalam rumah tersebut. Alex menodong pistolnya ke segala arah, ruangan ini sangat gelap. Tidak ada penerangan. Untung saja Alex memiliki senter di tasnya. Sesuatu yang mengerikan pun terlihat ketika kami menyinari ruangan ini. Ada begitu banyak potongan tubuh manusia. Ya.. Tidak terlalu mengerikan sih, biasa saja. Kepala-kepala manusia diletakan seperti sebuah pajangan di meja yang lumayan besar. Potongan kaki dan tangan digantung dengan paku besar disudut-sudut dinding. Dan... Organ-organ seperti usus, hati, jantung, dan otak berserakan di lantai. Organ-organ itu sudah membusuk, mengering. Begitu juga dengan potongan tubuh manusianya. Alex menahan perutnya, dia menyerahkan senter itu padaku lalu dengan cepat berlari keluar. Dia muntah. Dasar lemah.
Aku menyenter kearah belakang, dan aku melihat ada seseorang atau sosok yang berlari dengan cepat. Seperti bayangan. Aku berjalan pelan kesana, daerah dapur. Aku memegang parangku dengan sangat erat. Ketika aku sudah sampai didapur, ternyata disini lebih banyak potongan tubuh manusia dan organ yang berserakan.
"Wuuusss," sekelebat bayangan berlari di belakangku. Aku mengarahkan senter ku. Sial. Ternyata hanya seekor kucing bodoh berbulu hitam. Aku mendekati kucing itu, dia mendengkur dan menatapku tajam.
"Hai bung, kau kah yang membantai semua manusia ini?" aku mengelus badannya, namun dia menggigitku. Sial, kucing bajingan. Kutebas tubuhnya dengan parangku hingga terbelah menjadi dua bagian. Lalu menendang tubuhnya hingga ususnya beterbangan. Seseorang menepuk pundakku dari belakang. Aku menyenternya. Sial, apapun ini, dia sangat besar. Ujung kepalaku saja hanya seukuran dadanya. Padahal tinggiku 175cm. Ketika kuamati lagi, ternyata dia memakai jacket kulit yang sudah tua, kulit tangannya sudah hancur terbakar, dan dia memakai topeng tengkorak yang sudah retak dan kusam.
"Kenapa kau membunuh temanku?" tanyanya dengan suara serak dan keras.

"Ku-kucing itu? aku bisa membelikanmu banyak kucing bung. Hehehe..." dia menatapku dengan tajam. Aku mengayunkan parangku tepat dilehernya, namun dia berhasil menahan tanganku. Dia mencekikku dengan tangan kirinya lalu mengangkat tubuhku. Tenaganya benar-benar kuat. Dia bisa mengangkat tubuhku hanya dengan satu tangannya, tangan kiri. Leherku terasa sangat sakit. Aku meronta. Kupukul wajahnya dengan keras, kutendangi dada dan perutnya. Namun dia seperti tak merasakan apapun. Aku punya ide, kutendang kemaluannya dengan kuat. Hingga dia kesakitan. Dia terduduk seraya memegangi kemaluannya.
parangku, dimana parangku? ah sial, ada dibelakangnya. Dia bangkit dan memukulku tepat diwajah. Aku terpental sekitar 3 meter jauhnya. Dapat kurasakan beberapa gigiku patah, begitu juga rahangku. Tenaganya seperti gorila saja. Alex melihatku, mendekatiku sementara wajahnya masih terlihat pucat karna melihat potongan mayat tadi.
"Andre, kau kenapa?" tanya Alex. Belum sempat aku menjawab, sosok tadi berjalan kearah kami. Langkah kakinya membuat suara yang sangat besar karna tubuh raksasanya itu,
"dia.. Cool skull," Alex terlihat takut begitu melihatnya. Siapa yang tidak takut, orang itu terlihat seperti gabungan dari Freddy kruegger, Jason Voorheas, dan Leather face dalam satu tubuh. Alex menodongkan pistolnya kearah orang itu, "Kalau kau menyerah, kami tidak akan menyakitimu." Namun orang itu tidak perduli, dia mengeluarkan benda seperti gunting dari balik saku belakangnya, dan berniat untuk membunuh kami, "Alex, bunuh saja dia sebelum dia membunuh kita!" teriakku pada Alex,
"Tapi.."
"Cepat lakukan berengsek!"
"Doorrr!" suara tembakan memecah keheningan dihutan ini. Tembakan itu mengenai dada pria besar itu. Namun ada yang aneh, tubuhnya tidak berdarah. Dia juga terlihat baik-baik saja. Pria itu merebut pistol Alex, lalu mengangkat tubuh Alex tinggi-tinggi dengan tangan kanannya, kemudian membantingnya seperti membanting sebuah bantal. Pistol tadi, dia remukkan dengan mudah. Dia menghancurkan pistol besi yang sangat keras itu seperti meremukan kerupuk. "Dia memakai rompi anti peluru," ucap Alex sembari memegangi punggungnya yang kesakitan. Cool skull mendekatiku, menarikku keatas, lalu memukuliku hingga rasanya semua tulangku remuk. Sudah kuduga kalau menemui orang ini tanpa rencana yang matang sama saja dengan bunuh diri. Dia lalu mencekikku, Alex bangun dan menendang kepalanya hingga dia tersungkur. Akupun ikut menendangi kepalanya sedangkan Alex mencoba menahan kakinya. Dia bangkit dan mencampakan kami berdua. Alex menendang wajah Cool skull dengan salah satu jurus beladirinya, tendangan itu cukup keras hingga membuat topengnya terlepas. Kini terlihat lah wajah asli orang itu. Kulitnya yang berwarna merah kehitaman itu sudah busuk dan mengelupas karna luka bakar. Apa orang ini tidak tahu yang namanya rumah sakit?
Wajahnya terlihat begitu marah pada kami. Alex kembali menyerangnya dengan jurus-jurus beladiri yang dia punya. Cool skull juga tidak kalah hebat, dia dapat menghindar dan kembali menyerang Alex. Aku mengambil potongan kayu yang hancur dari bagian jendela kemudian menghantamkannya dengan keras kepunggung raksasa itu. Kayu itu patah, namun dia tidak merasakan sedikitpun sakit. Dia membalikkan badan dan berjalan kearahku, namun Alex menendang kepalanya kembali dari belakang. Dia kembali balik arah dan berniat menyerang Alex, aku ingat kalau aku menyimpan sebuah pisau kecil dibalik bajuku. Kukeluarkan pisau itu lalu kutusuk dibagian punggungnya. Pisau itu tembus, tubuhnya mengeluarkan darah. Namun dia tidak menjerit, tidak merasakan apapun. Dia balik melihatku lagi, berjalan kearahku dengan tangan yang bersiap memukul. Namun sekali lagi Alex menendang bagian kepalanya hingga lagi-lagi dia menukar arah. Aku sudah muak, dia seperti orang bodoh, autis, idiot. Ini tidak menarik. Aku kemudian melompat kebelakang tubuhnya. Kedua tanganku memeluk lehernya dengan sangat kuat. Dia berusaha melepaskan diri namun Alex dengan sigap memukulinya bertubi-tubi, menendanginya. Darah segar keluar dari hidung dan sudut bibir pria besar ini. Aku semakin kuat memeluk lehernya hingga dia tercekik. Dia dengan kesusahan menyerang balik Alex, untung saja Alex dapat terus menghindar. Tapi sayang, salah satu pukulan berhasil mengenai dadanya dengan keras sehingga dia terjatuh. Cool skull menarik lenganku, lalu mengangkat tubuhku tinggi-tinggi. Kemudian, membantingku dengan sangat, sangat, sangat keras hingga aku hampir pingsan. Sakit sekali rasanya. Kurasa tulang dada dan punggungku patah. Ah sial, dasar tukang banting bajingan. Aku sampai batuk darah karna itu. Dia lalu mendekati Alex, terlihat sangat kesal. Alex menendang perut bagian bawahnya, lalu melompat dan menerjang wajahnya. Dia mundur beberapa meter kebelakang sembari memegangi wajahnya yang sudah penuh luka memar. Alex kembali menyerangnya. Sebuah pukulan mengenai rahangnya, lalu disusul tendangan keras yang mendarat tepat ditulang rusuknya. Alex kemudian memukuli perut dan dada pria besar itu bertubi-tubi. Pria itu menggeram, berteriak mengerikan. Lalu menangkap Alex dengan tangan besarnya yang berotot. Cukup satu pukulan saja dari pria besar itu sudah cukup membuat Alex terkapar. Ditambah sebuah tendangan dengan lututnya, Alex pun pingsan dengan darah mengalir dari hidungnya. Pria itu juga memukuli Alex walaupun dia sudah tau kalau Alex pingsan. Tidak hanya itu, dia kemudian mengangkat tubuh Alex lalu kemudian berulangkali membantingnya. Aku berusaha menolong Alex, aku mencoba bangkit. Ah, anjing. Punggungku sakit sekali, aku tidak dapat bangkit, tulang punggungku sepertinya patah. Namun Cool skull terus membanting Alex, itu sangat membuatku marah. Sial, aku harus apa? bahkan pria itu mengambil sebuah batu besar dari luar rumahnya, dia akan menghancurkan kepala Alex dengan batu itu. Bajingan. Aku kembali mencoba bangkit namun tetap tidak bisa. Dia mengangkat batu itu tinggi-tinggi, namun dari arah luar sebuah pisau melesat dan menancap di lehernya. Batu itu jatuh dan menimpa kakinya hingga kakinya itu hancur. Dua sosok masuk kedalam rumah ini. Sosok yang kukenal. Kami bahkan baru bertemu beberapa saat lalu.
"Jangan salah sangka Loner, aku melakukan hal ini cuma karna dia," gadis itu menunjuk seseorang disampingnya, orang yang ditunjuk hanya tertawa kecil.
"Dan jangan salah sangka tuan Loner, aku tidak ingin orang lain yang membunuhmu. Ngomong-ngomong, maaf telat. Kami kesulitan melacak jejak kalian dihutan besar seperti ini."
Cool skull marah, dia berteriak dan berlari menyerang mereka. Pria berjas itu memakai topeng badutnya, lalu mengeluarkan beberapa buah kartu remi, sementara gadis disampingnya mengeluarkan dua buah pisau dari tasnya....

2 komentar:

Disqus Shortname

Comments system