Pages

Kamis, 14 Juli 2016

Hotel Berbagai Makhluk





Nia semakin memacu kencang mobilnya karna malam sudah semakin larut, begitupun jalanan sudah semakin sepi. Nita dan adik laki-lakinya yang baru berumur 8 tahun berencana menemui tante mereka hari ini karna kebetulan Nita cuti hari ini. Karna malam sudah semakin larut, adiknya, Rio pun mulai lelah dan mengantuk karna seharian di dalam mobil. Nita tidak sampai hati melihat adiknya tergoyang kesana-kemari karna terlelap didalam mobil, wanita berumur 23 tahun ini pun mencari tempat penginapan terdekat. "Tapi apa mungkin ada hotel atau semacamnya ditempat yang sunyi seperti ini?" batinnya dalam hati. Namun Nia beruntung, atau malah sangat tidak beruntung, tidak jauh didepannya ada sebuah hotel yang berukuran kecil namun cukup mewah. Anehnya tidak ada tempat parkir di hotel ini, hanya ada halaman depan yang cukup luas dan banyak ditumbuhi pohon, tidak ada satupun kendaraan atau manusia yang terlihat disana kecuali Nia dan adiknya. Nia membangunkan Rio yang sudah lelap tertidur, akhirnya bocah ini bangun setelah berulang kali dibangunkan oleh kakaknya. Ketika mereka masuk, suasana tampak sepi, hanya ada seorang resepsionis hotel yang sudah sangat tua dan keriput. "Apa ada kamar yang kosong?" Tanya Nia ragu apakah hotel ini masih berfungsi atau tidak. "Semuanya sudah penuh, tinggal satu kamar yang kosong, namun berada dilantai paling atas." jawab resepsionis tua itu sambil tersenyum dan memamerkan mulutnya yang sudah ompong. "Lantai atas? bukannya dari luar hotel ini hanya terlihat memiliki satu lantai?" tanya Nia pada dirinya sendiri, dia ingin bertanya hal yang sama pada si resepsionis tua namun diurungkan karna adiknya sudah kembali mengantuk dan merengek ingin cepat tidur. "Baiklah, kek. Satu malam saja, berapa?" Tanya Nia, "Cukup seribu saja nak, hehehe..." jawab si resepsionis tua sambil kembali memamerkan gigi ompongnya, "seribu? jangan bercanda kek." Nia mulai curiga dengan tempat aneh ini, "saya tidak bercanda, hotel ini memang murah, karna itu banyak yang mau menyewa.", "ya sudah terserah kakek saja." Jawab Nia agak heran. "Ini kuncinya, nak" resepsionis tua memberikan sebuah kunci aneh, kepalanya berbentuk batu nisan dan kunci itu terbuat dari batu! Nia heran dan sedikit terkejut melihat kunci itu.
"Kak, cepetan dong.. ngantuk banget nih!" Rio kembali menggerutu hingga Nia tidak punya waktu untuk berpikir yang aneh-aneh. "Kamarnya nomer 6 ya, lantai paling atas. Hehehe.." Kata si kakek resepsionis.
Nia dan Rio kemudian berjalan menaiki tangga menuju lantai paling atas, anehnya anak tangga itu sangat banyak dan tinggi, padahal dari luar hotel ini terlihat kecil dan hanya memiliki satu lantai. Hampir setengah jam Nia dan Rio menaiki anak tangga namun anak tangga itu tak pernah habis, bahkan untuk sampai ke lantai paling atas masih sangat jauh. Nia pun letih, terlebih lagi Rio, Nia lalu mengintip salah satu kamar yang kelihatannya kosong dari lubang kunci. Benar saja, kamar itu kosong, Nia membukanya dan ternyata tak terkunci, namun begitu mereka masuk kedua kakak-beradik ini sangat shock ketakutan, diranjang itu terlihat sesosok makhluk aneh, makhluk itu berkepala kucing dan tubuhnya seperti tubuh manusia gemuk. Makhluk itu terlihat seperti sedang bertapa, namun akhirnya bangun karna teriakan Nia, makhluk berkepala kucing dan bertubuh gempal ini pun bangkit, dia terlihat marah. Makhluk ini mendekati Nia dan Rio dengan mengacungkan kuku tajamnya, secepat kilat Nia menarik tangan Rio dan berlari meninggalkan makhluk itu, Nia dan Rio berlari sekuat tenaga, makhluk itu ikut mengejar dari belakang namun sangat lambat karna tubuhnya yang gemuk. Nia sudah tidak sanggup berlari, dia kemudian membuka pintu kamar lain dan menguncinya dari dalam. Untungnya didalam kamar ini tidak ada manusia, atau makhluk lain yang terlihat. Nia dan Rio menarik nafas lega, mereka terduduk karna kelelahan, mereka masih belum percaya dengan apa yang barusan mereka lihat. "Apa yang kalian lakukan? aku sudah menyewa kamar ini dengan seribu nyawa!"
Teriak seseorang namun sosoknya tak terlihat. "Siapa kau?" Tanya Nia, "Aku adalah pangeran kegelapan! aku tak terlihat namun wujudku ditakuti!" Selesai berkata begitu, tiba-tiba segala benda yang berada diruangan itu bergerak dan melayang sendiri, benda-benda itu kemudian terlempar dengan keras ke arah Nia dan Rio. Sebuah vas bunga mengenai kepala Rio hingga berdarah, dan sebuah lemari kecil mengenai tubuh Nia hingga membuat tubuhnya memar. "Pergi dari sini! aku sudah menukarkan seribu nyawa pada si tua bangka itu!" Nia dan Rio pun keluar dari kamar itu. Ketika mereka keluar, kucing bertubuh manusia itu sudah tak ada, mungkin dia sudah kembali kekamarnya. Sepanjang mata memandang hanya ada puluhan pintu yang pastinya dihuni oleh makhluk-makhluk aneh. Namun tidak terlihat lagi ada anak tangga seperti sebelumnya, karna ini adalah lantai paling atas. Namun entah darimana tiba-tiba saja si kakek resepsionis muncul dihadapan Nia dan Rio, "Kakek tempat apa ini? aku sangat takut, kumohon bawa kami pergi!" ucap Nia penuh harap, "Ini adalah hotel berbagai makhluk. Setiap makhluk mulai dari manusia, jin, siluman, dan hantu bisa menginap disini. Ada total 666 kamar disini, namun untuk menginap disini kalian harus membayar dengan seribu nyawa. Hehehehe..."
"Tapi kami tidak memberikan seribu nyawa, kenapa kau mengijinkan kami menginap?"
"Manusia boleh membayar nanti, namun karna kalian telah melanggar peraturan di hotel ini, maka kalian akan mendapat hukuman abadi, hehehehe..." Nia bingung pada semua ucapan si kakek, tidak ada satupun yang dia mengerti, namun dia tetap terlihat untuk mengerti agar kakek ini mau mengeluarkannya.
"Peraturan? peraturan apa??"
"Kalian harusnya tidak boleh membuka pintu yang sudah ada penghuninya. Untuk itu kalian akan kuhukum menjadi penghuni hotel ini dan membantuku disini. Hehehehe..."
Si kakek kemudian merubah wujud Nia dan Rio menjadi siluman. Nia menjadi siluman ular dan Rio menjadi siluman kera, Nia bertubuh manusia dari kepala sampai perut namun kakinya seperti ular berwarna kekuningan, sedangkan Rio menjadi kera berukuran manusia dari kepala sampai kaki.
Kini kedua kakak-beradik itu menjadi pengurus hotel bersama sang kakek, sampai masa kutukan mereka berakhir.

(Kemungkinan akan ada lanjutannya)

0 komentar:

Posting Komentar

Disqus Shortname

Comments system