Peringatan : bagi kaian yang takut, tolong jangan baca. Tapi kalau nekat, resiko tidak akan admin tanggung!
(reposted from : mengakubackpacker)
1.
“ 21 AND STILL COUNTING … ”
(21 DAN MASIH MENGHITUNG … )
Suatu hari seorang gadis muda tengah
menunggu di sebuah stasiun kereta ketika ia mendengar seseorang bergumam
di belakangnya. Ia berbalik dan melihat seorang wanita duduk di sebuah
bangku. Gadis itu menyadari saat itu hanya ada mereka berdua di stasiun
tersebut.
Wanita itu sangat aneh, pikir gadis
itu. Wanita itu berumur 40-an dan duduk dengan tidak tenang. Ia
menggoyang-goyangkan badannya ke depan dan ke belakang sambil bergumam,
“21…21…21…”.
Gadis itu bisa melihat kalau wanita itu terlihat agak “stress”, bahkan mungkin gila.
Ia berniat untuk mengacuhkan saja wanita itu. Namun wanita itu terus saja bergumam,
“…21…21…21…”
Lama-kelamaan gadis itu menjadi penasaran. Iapun bangkit dari kursinya dan menghampiri wanita itu.
“Ibu, apa yang sedang ibu hitung?”
Wanita itu tak menjawab, bahkan tak menatap gadis itu. Ia hanya terus bergumam,
“….21….21…21….”
Gadis itu melihat di sekitarnya,
mencoba mencari tahu apa yang sedang wanita itu hitung. Di saat yang
sama, gadis itu heran. Jika ia memang menghitung sesuatu, mengapa
angkanya selalu sama.
Kemudian terdengar suara kereta datang.
Tiba-tiba saja wanita itu menerjang gadis muda dan mendorongnya ke arah rel.
“Aaaaaa!!!” teriak gadis itu, namun terlambat. Kereta yang melaju kencang itu terlanjur menyambar tubuhnya.
Warna merah dari darah gadis itu bercipratan hingga ke dinding dan kursi-kursi di stasiun itu.
Wanita itu kembali duduk seolah tak terjadi apa-apa dan mulai bergumam.
“…22….22…22…”
2.
“KEYHOLE”
‘”LUBANG KUNCI”
Seorang pria datang ke sebuah hotel. Ketika check in, sang resepsionis memperingatkannya,
“Tolong jangan masuk ke kamar yang tak ada nomornya.”
Pria itu mengangguk dan segera mencari kamarnya yang bernomor 10. Saat
itulah, ia melihat sebuah kamar tanpa nomor yang tadi dikatakan sang
resepsionis. Karena penasaran, ia mengintip melalui lubang kunci untuk
melihat apa isinya.
Ia hanya melihat seorang wanita tua berwajah pucat sedang duduk di
tengah ruangan. Aneh sekali, seakan-akan seluruh kulit tubuh wanita itu
berwarna putih, tidak seperti kulit manusia kebanyakan.
Tiba-tiba saja wanita itu menoleh dan menatapnya.
Karena ketakutan, iapun segera lari ke kamarnya.
Malamnya ia tak bisa tidur. Ia masih penasaran mengapa resepsionis itu
memperingatkannya untuk menjauhi kamar itu. Dan mengapa pula kamar itu
tidak diberi nomor?
Saking penasarannya, saat itu juga ia bangkit dari tempat tidurnya,
mengendap-ngendap di lorong hotel, dan mengintip kamar itu sekali lagi
melalui lubang kunci.
Namun yang ia lihat hanyalah warna merah.
Pria itu berpikir, mungkin wanita itu merasa terganggu karena ia tadi
mengintipnya dan memutuskan untuk menutup lubang kunci dengan sesuatu
yang berwarna merah.
Pria itupun kembali ke kamarnya untuk tidur.
Keesokan harinya saat akan check out, pria itu menanyakan mengapa kamar yang ia lihat kemarin tidak diberi nomor.
Resepsionis itupun bercerita dengan wajah sedih.
“Dahulu ada sepasang suami istri yang menginap di kamar itu. Suatu hari
mereka bertengkar dan sang suami membunuh istrinya itu. Sejak kejadian
itu, kami tak berani menyewakan kamar itu, jadi kami mencopot nomornya
dan membiarkannya kosong.”
Pria itu pergi dan tertawa. Ia sama sekali tak percaya dengan cerita
hantu. Yang ia lihat kemarin jelas-jelas manusia dan bukan hantu.
“Oya,” sang respsionis berkata ketika pria itu hampir sampai di ambang pintu.
“Wanita itu tidak seperti manusia kebanyakan. Ia menderita kelainan genetik sehingga seluruh kulit tubuhnya putih.”
Langkah pria itu terhenti.
Sang resepsionis mengakhiri ceritanya.
“Dan matanya merah.”
3.
“THE RIBBON”
(PITA)
Alkisah, ada seorang wanita yang sangat cantik dan
sangat dikagumi oleh para pria yang hidup di daerah sekitar tempat
tinggalnya. Namun ada yang aneh dengan gadis itu. Ia selalu saja memakai
sebuah pita merah di lehernya. Entah mengapa gadis itu melakukannya,
tak ada yang tahu alasannya. Gadis itu juga selalu menolak menceritakan
alasan mengapa ia selalu mengikatkan pita merah di sekeliling lehernya.
Hingga suatu hari ia jatuh cinta dengan seorang pria dan pria itu membalas cintanya.
Tentu sang pria sangat senang mendapatkan kekasih
yang sangat cantik. Namun ia sangat penasaran mengapa gadis itu selalu
memakai pita merah di lehernya.
“Mengapa kau selalu memakai pita merah itu?” tanya sang pria.
Gadis itu enggan menjawab.
“Akan kuceritakan padamu jika kita menikah nanti.”
Beberapa bulan berlalu dan kedua pasangan itu
kemudian bertunangan dan akhirnya menikah. Namun setelah menikah pun,
gadis itu tetap mengingkari janjinya untuk menceritakan alasan mengapa
ia selalu memakai pita merah.
Sang pria tak pernah mendesak istrinya untuk
menceritakannya agar istrinya itu tidak marah. Namun ia masih saja
sangat penasaran. Apalagi ia memperhatikan bahwa istrinya itu tak pernah
sekalipun melepas pita merah, tidak saat ia tidur bahkan saat sedang
mandi.
Hingga suatu saat ia melihat sang istri sedang tertidur lelap.
Karena penasaran, sang suami mendekatinya dari sisi
ranjang dan perlahan-lahan melonggarkan pita merah yang melilit di
leher istrinya itu.
Karena istrinya tampak tak menyadarinya, sang pria pun melepaskan dan menarik pita merah itu dari leher istrinya.
Tiba-tiba …
“Glundung …”
Kepala istrinya terlepas dari lehernya dan menggelinding di lantai.
4.
“WHITE STRING”
(BENANG PUTIH)
Urban legend ini sangat populer pada tahun 90-an di Jepang. Banyak
remaja Jepang yang mempercayai kebenaran cerita ini sehingga tak berani
menindik telinganya.
Kisahnya bermula ketika seorang gadis seumuran SMP merengek ada orang
tuanya untuk mengizinkannya menindik telinganya. Ia berkata bahwa semua
anak perempuan di kelasnya sudah menindik telinganya, hanya ia saja yang
belum.
Kedua orang tuanya awalnya tak mengizinkan. Namun karena sang gadis
merengek terus-menerus, merekapun akhirnya mengizinkannya. Orang tua
gadis itu lalu memberinya sejumlah uang dan menyuruh gadis itu untuk
menindik telinganya di toko perhiasan yang terpercaya di sebuah mall
dekat rumah mereka.
Namun sang gadis berpikiran lain.
Ia hendak menyimpan uang pemberian orang tuanya dan memutuskan untuk
menindik telinganya sendiri. Iapun meminta sahabatnya untuk membantunya
menindik telinganya. Mereka menggunakan jarum yang dipanaskan dan
kemudian ditusukkan ke kedua cuping telinga gadis itu. Dia merasa sangat
kesakitan, namun begitu melihat hasilnya, ia sangat puas. Ia kini bisa
memakai anting-anting pilihannya dan tampil penuh gaya seperti
gadis-gadis lain di sekolahnya.
Namun keesokan harinya ada yang aneh.
Ia terbangun di pagi hari karena rasa gatal yang teramat sangat di
telinganya. Rupanya cuping telinga yang ia tindik terlihat merah dan
meradang.
Tak hanya itu.
Tampak seutas benang putih kecil menjulur dari lubang yang ia buat kemarin di cuping telinganya.
Merasa penasaran, ia menarik benang itu.
Benang itu sangat halus dan panjang. Ia menariknya terus-menerus, namun seakan-akan benang itu tak ada habis-habisnya.
Merasa tak sabar, gadis itu mengambil gunting dan memotong benang putih itu.
Tiba-tiba semuanya menjadi gelap.
Ia histeris dan memanggil kedua orang tuanya.
Orang tuanya yang panik segera membawanya ke rumah sakit.
“Mengapa kau bisa jadi begini?” tanya sang dokter yang memeriksanya.
Sang gadis kemudian menceritakan segalanya.
Sang dokter menjawab dengan suara sedih, “Maaf, tapi harus kukatakan bahwa kau akan mengalami hal ini seumur hidupmu.”
“Kenapa?” tanya gadis itu, tercekat.
“Benang putih yang kau potong itu bukan sembarang benang putih.”
“Benang apa itu?” tanya gadis itu, putus asa.
“Itu saraf matamu.”
5.
“GOZU”
(KEPALA SAPI)
Di hari Minggu yang cerah, sekelompok remaja SMA
tengah bergembira. Hari itu mereka melakukan darmawisata yang diadakan
sekolah. Mereka semua tengah naik bus ditemani oleh seorang guru mereka.
Perjalanan itu memakan waktu cukup lama sehingga
mereka akhirnya bosan di dalam bus. Melihat anak-anak didiknya merasa
bosan, sang guru memutuskan menceritakan kisah-kisah seram untuk
menghibur murid-muridnya.
Namun satu-persatu kisah yang guru itu ceritakan
tak ada yang mengesankan bagi murid-muridnya. Mereka semua sudah tahu
semua cerita itu dan bisa menebak akhir ceritanya.
Tanpa mereka sadari, mereka memasuki wilayah hutan dan semakin dalam dikelilingi pepohonan.
“Kalau begitu,” kata si guru, “aku akan menceritakan satu cerita lagi. Apa kalian pernah mendengar tentang cerita “Gozu”?”
Gozu dalam bahasa Jepang berarti “Kepala Sapi”.
Para murid saling menatap satu sama lain.
Cerita apa itu? Mereka belum pernah mendengar sebuah cerita berjudul Gozu sebelumnya.
Karena tak ada yang pernah mendengarnya, para murid
pun meminta guru itu menceritakannya, karena berharap cerita yang
mereka dengar akan sangat menarik.
“Namun siap-siap ya, cerita ini sangat seram …” kata sang guru menakut-nakuti.
Murid-muridnya tertawa, lalu sang guru memulai ceritanya.
Para murid tercekat mendengar cerita yang sedang dikisahkan oleh guru mereka.
Beberapa di antara mereka bahkan berteriak-teriak dan menjerit. Beberapa siswi perempuan menutup telinga mereka dan menangis.
“Pak, hentikan!”
Para murid memohon pada guru mereka untuk menghentikan cerita itu karena kisah itu sangat mengerikan.
Namun guru itu terus saja melanjutkan ceritanya tanpa mengindahkan teriakan dan jeritan ketakutan dari para muridnya.
Seakan-akan ia sedang kesurupan.
Beberapa jam kemudian, beberapa polisi menemukan
bus itu teronggok di tepi jalan. Ketika polisi naik ke dalam bus, mereka
pun terkejut.
Mereka menemukan seluruh murid (bahkan sang sopir
bus), tergeletak tak sadarkan diri. Wajah mereka sangat pucat dan mulut
mereka mengeluarkan busa.
Sang guru juga ditemukan tergeletak pingsan di lantai bus.
Pihak berwajib membawa mereka semua ke rumah sakit
terdekat. Di sana mereka dirawat dan diperbolehkan pulang pada hari itu
juga setelah dijemput oleh orang tua mereka.
Polisi pun menanyai sang guru untuk mencari kejelasan peristiwa itu.
“Apa yang terjadi?”
“Saya tidak tahu. Yang saya ingat, saya sedang menceritakan sebuah cerita seram pada murid-murid saya.”
“Cerita apa itu?”
Sang guru hanya menatap wajah polisi yang menanyainya.
“Saya tidak ingat”.
Para murid lainnya juga mengatakan mereka tak ingat
isi cerita yang mereka dengar. Yang mereka ingat jelas, cerita itu
membuat mereka sangat ketakutan.
Hingga kini, tak seorang pun tahu isi cerita
“Gozu”, karena konon jika kamu mendengarnya hingga selesai, maka kamu
akan mati ketakutan.
Kita hanya bisa menebak-nebak seseram apa kisah itu.
6.
Seorang anak memanggil ibunya berkali-kali. Namun sang ibu sama sekali tak merespon panggilan anaknya.
“Um-ma…um-maaaaaaaaaaaaaaaaaa……!!!”
Sang ibu akhirnya menoleh pada anak itu.
“Um-ma….kupanggil ribuan kali kenapa um-ma tidak menjawab?”
Namun ibu itu hanya menyeringai dan menjawab.
“Apa aku mirip dengan ibumu?”
15.
“PEDESTRIAN CROSSING”
(ZEBRA CROSS)
Suatu sore, sepulang bekerja aku berada di sebuah
persimpangan jalan. Sambil menunggu lampu merah, aku berdiri di depan
sebuah zebra cross dan mengamati orang-orang yang berada di seberangku.
Mereka juga menunggu untuk menyeberang, sama seperti aku.
Namun di antara mereka, ada seorang wanita yang tampak aneh.
Pertama-tama aku pikir ia memakai masker.
Namun bukan itu.
Wajahnya tampak kabur.
Aku mencoba mengamatinya, namun wajahnya tak berubah.
Aku bahkan tak bisa mengenali wajahnya, dimana hidung, mata, maupun telinganya.
Seakan-akan wajahnya rata.
Anehnya, orang-orang di sekitarnya tampak mengacuhkan wanita itu, walaupun penampilannya sangat menakutkan.
Lampu merah menyala.
Mobil-mobil berhenti dan orang-orang mulai menyeberang.
Begitu pula aku, namun aku mencoba untuk menjauhi wanita itu.
Ia berjalan di sebelah kanan zebra cross, sehingga
aku sebisa mungkin berjalan di sisi kiri zebra cross. Namun ia justru
berpindah ke sisi kiri juga.
Ia berjalan tepat menuju ke arahku.
Wajah wanita itu semakin menakutkan ketika ia mendekat.
Akupun menundukkan kepalaku karena ketakutan.
Di suatu titik, kami berpapasan.
Aku terus berjalan. Namun walaupun aku berusaha menghindarinya, wanita itu justru berbalik dan mengikutiku.
Begitu aku sadar, ia sudah berada di belakangku dan berbisik di telingaku.
“Aku tahu kau bisa melihatku.”
7.
“LICK”
(MENJILAT)
Suatu hari seorang gadis remaja ditinggal oleh orang
tuanya yang akan menginap di tempat saudara mereka. Sang gadis
meyakinkan orang tuanya untuk berhenti khawatir kepadanya. Ia akan
mengunci semua jendela dan pintu. Lagipula, gadis itu sendiri, ada
anjing setianya yang menemaninya di kamarnya.
Malam itu, sang gadis hendak tidur. Ia mengunci semua
pintu dan jendela. Namun ada sebuah jendela yang tak bisa ia kunci.
Akhirnya ia hanya menutupnya begitu saja.
Gadis itupun naik ke atas ranjang dan di bawah ranjang, anjing setianya meringkuk.
Ia mengulurkan tangannya ke bawah dan anjingnya
menjilati jari-jarinya, seperti yang biasa dilakukannya. Entah mengapa
ia merasa aman jika anjingnya melakukan hal itu. Gadis itu jadi tidak
merasa sendirian di kamar.
Gadis itu kemudian tertidur. Namun saat tengah malam,
ia mendengar suara “Tip tap tip tap …”. Seperti suara air menetes di
atas wastafel.
Saat ia membuka mata, kamarnya gelap gulita. Iapun menjulurkan tangannya ke bawah dan merasakan jari-jarinya dijilati.
Iapun kembali tidur.
Beberapa jam kemudian, ia kembali terbangun.
Suara “Tip tap tip” itu masih saja terdengar.
Ia menjulurkan tangannya ke bawah.
Jari-jarinya terasa hangat dan basah oleh jilatan.
Sang gadis lalu kembali tidur. Ia tak memikirkan suara itu lagi. Mungkin saja itu suara tetesan air di keran kamar mandinya.
Untuk ketiga kalinya, ia kembali terbangun oleh suara “Tip tap tip tap” itu.
Gadis itu menjulurkan tangannya kembali ke bawah.
Namun kali ini tak ada jilatan.
Gadis itu mengira anjingnya tertidur dan menyalakan lampu.
Namun anjingnya tak tampak di bawah ranjangnya.
“Tip tap tip tap”
Suara itu masih terdengar.
Gadis itupun memutuskan bangun dan memeriksa asal
suara “Tip tap tip tap …” yang ia dengar. Rupanya suara itu berasal dari
kamar mandi di sebelah kamarnya.
Iapun membuka pintu dan menyalakan lampu kamar mandi.
Segera ia menjerit.
Di dalam kamar mandi tampak anjingnya tergantung di
atas wastafel. Lehernya digorok dan darahnya menetes di atas wastafel,
menciptakan suara “Tip tap tip tap.”
Yang lebih mengerikan, di dinding terdapat kata-kata yang ditulis dengan darah anjingnya.
“AKU JUGA BISA MENJILAT.”
8.
“WRISTBAND”
(GELANG)
Di Korea, terdapat peraturan yang berlaku di semua
rumah sakit. Ketika pasien masih hidup, gelang berwarna putih diikatkan
di lengan kanan mereka. Gela ngitu berisi nama pasien serta informasi
lainnya. Namun ketika pasien meninggal, gelang itu dilepas dan
digantikan dengan sebuah gelang merah yang diikatkan di lengan kiri
sebelum jenazahnya dibawa ke kamar mayat.
Kisah ini terjadi pada seorang dokter yang sedang shift malam di sebuah rumah sakit.
Ia akhirnya menyelesaikan shift malamnya pukul 2 dini
hari dan merasa sangat lelah. Rumah sakit tampak sangat sepi sebab pada
jam 2 dini hari, tentu semua pasien sedang terlelap dan sebagian besar
perawat juga telah pulang.
Ia menyalakan lift dari lantai lima untuk turun ke
basement, dimana mobilnya diparkir. Di dalam lift hanya tampak seorang
wanita tua.
Ia berdiri di samping wanita tua itu, yang tampaknya juga ingin turun di basement.
Begitu lift mereka sampai di basement, pintu lift terbuka dan tampak seorang pria berpakaian putih.
Wanita yang tadi bersamanya hendak keluar dari lift.
Dokter itu melihat sesuatu di tangan pria itu. Segera
ia menarik wanita yang tadi bersamanya kembali ke dalam lift. Dengan
panik ia menekan tombol ke lantai lima dan pintu lift pun tertutup.
“Hei, ada apa denganmu?” wanita itu tampak marah karena dokter itu menariknya masuk kembali.
“Anda beruntung saya tadi tidak membiarkan anda
keluar.” Ujar dokter itu. “Anda tidak melihat, di tangan kiri pria tadi
ada gelang merah? Berarti dia sudah meninggal!”
“Gelang merah?” tanya wanita itu sambil menunjukkan tangan kirinya.
“Maksudmu seperti ini?”
9.
“RED ROBE”
(JUBAH MERAH)
Seorang wanita Jepang sedang berlibur di Amerika dan memutuskan menginap di sebuah hotel murah untuk menghemat uangnya.
Saat ia tiba di kamarnya, ia menyadari bahwa ia berada di kamar 66 di lantai ke-6. Secara teknis, kamarnya bernomor 666.
Ia bergidik ngeri. Namun ia berpikir, ini semua pasti kebetulan. Ia pun tak terlalu memikirkannya dan pergi mandi.
Beberapa saat kemudian terdengar suara ketukan di pintu kamarnya.
Ia keluar dari kamar mandinya dan mengenakan jubah mandi putih bertudung yang sudah disiapkan di hotel tersebut bagi tamunya.
Ia membuka kamarnya, namun tak ada seorangpun di luar kamarnya.
Iapun menutup kembali kamarnya dan berganti pakaian. Kembali terdengar ketukan di pintu kamarnya.
Ia membuka kamarnya dan melihat seorang gadis kecil
memakai jubah mandi bertudung yang sama persis seperti yang tadi ia
pakai. Hanya warnanya merah.
“Ada yang bisa saya bantu? Dimana orang tuamu?”
Ia melihat bahwa gadis kecil bertudung merah itu tampak habis menangis.
“Saya terkunci di luar kamar. Anda bisa membantu saya?”
Wanita itu memutuskan untuk membawa gadis itu ke resepsionis. Kasihan, pikirnya. Gadis itu tampak kebingungan.
Dalam perjalanan ke resepsionis, ia bercakap-cakap dengan gadis itu.
“Siapa namamu?”
Gadis itu tak menjawab.
Mungkin gadis ini sudah diajari oleh orang tuanya untuk tidak bercakap-cakap dengan orang asing, pikir wanita itu.
Ia bertanya lagi.
“Dimana orang tuamu?”
“Tidak tahu.”
“Apa kamarmu di lantai ini juga?”
Gadis itu mengangguk.
Akhirnya mereka sampai di depan meja resepsionis.
“Bisa anda bantu gadis kecil ini? Ia terkunci di luar kamarnya.”
Resepsionis itu melongok, “Gadis yang mana?”
“Gadis berjubah merah ini …”
Namun ketika wanita itu menoleh, tak ada seorang pun di sana.
“Aneh, ia tadi di sini. Katanya ia menginap di lantai 6, sama seperti saya.”
“Lantai 6?” resepsionis itu tampak heran, “Namun hanya anda tamu yang menginap di lantai 6.”
“Tapi tadi ada gadis yang memakain jubah mandi bertudung warna merah …”
Resepsionis itu menghela napas, “Anda sudah bertemu ‘dia’ rupanya.”
“Dia siapa?”
“Dahulu pernah terjadi sebuah tragedi di hotel ini.
Kami tak suka membicarakannya, namun karena anda sudah melihat ‘dia’,
apa boleh buat. Dahulu ada sepasang suami istri menginap di lantai 6
bersama anak perempuannya. Mereka menginap di kamar 66, sama seperti
anda. Namun mereka berdua bertengkar dan sang suami menembak istrinya.
Ia lalu membunuh anaknya sendiri. Saat itu, anak itu memakai jubah mandi
putih yang langsung berwarna merah karena terkena darahnya. Tapi pria
itu tetap tak puas. Ia mengisi senjatanya dan mulai menembaki semua
orang di hotel ini, karyawan dan para tamunya.”
Napas wanita itu terasa terhenti karena ketakutan. Namun cerita sang resepsionis ternyata belumlah selesai.
Resepsionis itu lalu berbalik dan menunjukkan lubang merah di punggungnya.
“Lihat, di sini ia menembakku.”
10.
“PIZZA”
Seorang pria mengalami kecelakaan mobil. Kakinya
patah dan ia harus beristirahat beberapa hari di dalam rumah hingga
kondisinya pulih. Pria itu tinggal di apartemen bersama istrinya.
Sayangnya istrinya harus bekerja sehingga tak bisa merawat pria itu.
Beberapa hari pertama, pria itu merasa senang karena bisa tinggal di
rumah seharian. Namun lama-kelamaan ia merasa bosan.
Suatu hari saat menyalakan televisi, ia mendengar
suara anak-anak berlari di lantai atasnya. Ia berpikir ini aneh, sebab
jam segini harusnya anak-anak belum pulang dari sekolah. Esoknya, ia
juga mendengar suara anak bermain dari lantai atas.
Si pria merasa lapar dan memesan dua kotak pizza
melalui layanan pesan antar. Ia merasa sudah kenyang setelah memakan
sekotak pizza dan merasa tak sanggup menghabiskan satu kotak pizza lagi.
Jika ia menunggu istrinya pulang, mungkin pizza itu rasanya sudah tak
enak lagi.
Akhirnya ia memutuskan untuk berbuat baik dengan
memberikan pizza itu pada keluarga yang tinggal di atasnya. Bukannya ada
anak-anak tinggal di bawahnya? Mereka pasti senang dengan pizza gratis.
Dengan kepayahan iapun keluar dari kamar dan naik dengan lift.
“Ouch…ouch…” sesekali ia mengerang karena kakinya belum sembuh benar ketika berjalan menuju kamar di lantai atasnya itu.
“Ting tong.” ia menekan bel, namun tidak terdengar jawaban.
Ia kembali menekan bel dan terdengar suara dari dalam pintu.
“Siapa?” terdengar suara wanita dari balik pintu.
“Saya tetangga yang tinggal satu lantai di bawah anda.”
Pintu dibuka, namun hanya sedikit. Dari sela pintu,
terlihat wajah seorang wanita separuh baya. Namun kamar itu sangat gelap
sehingga yang bisa ia lihat hanya kepala wanita itu.
“Ada apa?”
“Anda mau pizza? Saya tadi memesannya namun tidak habis. Mungkin anda mau?”
“Tidak, terima kasih.” Jawab wanita itu tanpa ekspresi.
“Ehm, mungkin anak-anak anda mau?”
Tiba-tiba terlihat kepala seorang anak laki-laki dan
anak perempuan di bawahnya. Mereka pasti anak-anak yang kerap ia dengar
suaranya saat bermain.
Ketiga wajah itu menatapnya, berbaris membentuk satu lajur dari atas ke bawah.
“Baiklah, kami mau.”
Wanita itu menerima pizza itu dan pintu itupun dibanting, tertutup.
Pria itu berbalik, namun entah kenapa ia merasa ada yang aneh.
Seluruh bulu kuduknya terasa mengigil.
Wajah ketiga orang itu terpatri dalam ingatannya.
Ia mengambil langkah cepat, tanpa peduli rasa sakit di kakinya, untuk segera menuju lift.
Ketiga wajah mereka membentuk garis, pikirnya.
Ia menekan tombol lift dan menunggunya untuk datang.
Membentuk garis vertikal, dari atas ke bawah. Satu wajah di atas wajah yang lain.
Ia menekan tombol lift kembali, namun lift itu tak kunjung datang.
Ada yang aneh dengan wajah mereka.
Lift itu terlalu lama. Pria itu memutuskan menggunakan tangga.
Wajah tampak berbaris, satu di atas yang lain … itu mustahil!
Ia melupakan rasa sakit di kakinya ketika ia menapaki tangga dengan langkah panik.
Pria itu mulai menyadari apa yang salah dengan keluarga itu.
Hanya ada kepala, tanpa badan ….
Sesampainya di kamar, ia langsung menelepon polisi.
Polisi datang beberapa saat kemudian, walaupun
laporan pria itu tampak gila. Mereka memeriksa kamar di bawah kamar pria
itu dan menemukan sesuatu yang mengerikan.
Tubuh wanita dan kedua anaknya itu ditemukan di bak kamar mandi.
Kepala mereka terpenggal.
Mereka juga menemukan suami wanita itu bersembunyi di
dalam lemari pakaian. Ia mengatakan bahwa ia sudah memenggal kepala
istri dan anak-anaknya dengan gergaji. Namun ia bersumpah istri dan
kedua anak-anaknya masih hidup.
Polisi berkesimpulan pria itu menjadi gila dan membunuh keluarganya.
Namun polisi menemukan ada sesuatu yang aneh di kamar itu.
Di meja dapur tergeletak sebuah kotak pizza.
Ketika dibuka, isinya sudah tidak utuh lagi.
Ada bekas gigitan-gigitan kecil di pizza itu, seolah-olah ada anak-anak kecil yang memakannya.
11.
“THE VAULT ROOM”
(RUANG BAWAH TANAH)
Seorang pemuda menerima pekerjaan sebagai pengurus
makam. Ini sebenarnya bukan jenis pekerjaan yang ia inginkan. Namun apa
boleh buat, ia sangat membutuhkan uang dan hanya pekerjaan ini yang
berhasil ia dapatkan dalam waktu singkat.
Pemuda itu sangat takut pada mayat, namun untunglah
pekerjaannya hanyalah pekerjaan-pekerjaan ringan. Tugasnya hanyalah
menyapu, memotong rumput, dan membersihkan makam. Sedangkan tugas-tugas
yang berhubungan dengan mayat seperti menyiapkan jenazah dan prosesi
pemakaman adalah tugas para pengurus makam yang lebih senior.
Namun ada satu hal yang dibenci oleh pemuda itu. Ia
memang tak perlu melihat mayat secara langsung saat bekerja. Namun ada
kalanya ia bekerja di ruangan bawah tanah tempat pet-peti mati berisi
jenazah disimpan. Di negara Barat, orang-orang kaya biasanya membuat
sebuah ruangan bawah tanah dimana peti-peti mati mereka dan keluarga
mereka diletakkan, bukan dikubur seperti orang biasa.
Pemuda itu sangat membenci ruang bawah tanah, sebab uangan itu gelap, berdebu, dan penuh mayat.
Suatu hari, pemuda itu ditugasi untuk membersihkan sebuah ruang bawah tanah. Dengan berat hati ia melakukan tugasnya itu.
Saat ia sedang membersihkan papan-papan nama yang ada
di ruangan itu, angin kencang bertiup dan menutup pintu kamar bawah
tanah itu. Pemuda itu langsung panik dan berusaha membukanya, namun
percuma.
Ia terkunci di ruangan penuh mayat itu.
Pemuda itu mencoba berteriak, namun tak ada yang
mendengar teriakannya. Pemuda itu lalu mencoba menenangkan dirinya dan
melihat sebuah jendela di atas ruangan.
Cahaya matahari menembus jendela itu dengan enggan.
Berarti ia bisa merangkak keluar lewat jendela itu. Masalahnya, jendela
itu letaknya sangat tinggi. Ia tak mungkin dapat mencapainya.
Ia melihat ke sekeliling ruangan.
Yang ada di situ hanyalah peti-peti mati.
Pemuda itu mendapatkan akal.
Bila ia menumpuk peti-peti itu, ia dapat membuat
semacam tangga yang dapat digunakannya untuk mencapai jendela itu. Ia
lalu mencoba mengalahkan ketakutannya dan mulai memindahkan peti-peti
mati itu.
Di luar dugaannya, peti-peti itu ternyata ringan.
Mungkin karena mayat di dalamnya sudah lama membusuk dan meninggalkan
tulang belulang saja.
Ia berhasil menumpuk beberapa peti mati dan mulai naik.
“Ouch!” teriak pemuda itu lirih. Ia merasakan sakit di tumitnya. Ia menduga kayu dari peti mati itu yang menggoresnya.
“Ouch!” rasa perih itu kembali lagi. Namun ia terus melanjutkan mendaki peti-peti mati itu, meskipun nyeri itu terus terasa.
Akhirnya ia berhasil mencapai jendela itu dan merangkak keluar.
Pemuda itu berjalan kepincangan dan akhirnya bertemu dengan penjaga makam yang merupakan bosnya.
“Apa yang terjadi padamu?” tanya bosnya keheranan.
Pemuda itupun menceritakan segalanya.
“Lalu kenapa kau berjalan terpincang seperti itu?”
“Tadi kaki saya tergores kayu dari peti mati.”
“Mana, coba aku periksa.”
Pemuda itu duduk di atas sebuah batu nisan dan bosnya kemudian memeriksa tumit pemuda itu.
Penjaga makam itu lalu menatap pemuda itu dengan wajah pucat.
“Tapi ini bukan luka goresan kayu, Nak.”
“Lalu apa?”
“Ini bekas gigitan manusia …”
12.
“TEKE TEKE”
Kisah ini terjadi di Jepang. Alkisah di tengah salju
yang tengah turun, dua orang masinis menjalankan sebuah lokomotif ke
stasiun kereta terdekat. Saat mereka tiba di bawah suatu jembatan di
daerah yang cukup terpencil, tiba-tiba saja …
“Braaak …”
“Kreeek…”
Dua masinis itu melihat sesosok bayangan jatuh tepat
di depan mereka. Kedua masinis ini cukup berpengalaman untuk merasakan
bahwa kereta yang mereka kendalikan telah menggilas sesuatu.
Sang masinis berusaha keras menghentikan keretanya
dan lokomotif itu berhenti kira-kira beberapa ratus meter dari tempat
kejadian.
Salah satu masinis memutuskan turun untuk memastikan
apa yang telah terjadi. Ia berjalan susah payah di atas gumpalan salju
dan tepat di bawah jembatan yang tadi mereka lewati, ia menemukan
sesuatu yang mengerikan.
Terdapat tubuh seorang wanita di tengah rel.
Tubuhnya terpotong menjadi dua karena terlindas kereta.
Satu bagian adalah bagian atas tubuh wanita itu,
mulai dari hingga ke pinggang. Bagian satunya adalah bagian pinggang
hingga kaki wanita itu.
Ia tak bisa melihat wajah wanita itu karena wajahnya
tertutup oleh rambut hitam panjangnya. Darah wanita itu membasahi salju
yang berada di bawahnya.
Warna merah itu mengingatkan masinis itu akan es serut dengan sirup merah yang biasa ia makan saat kecil.
Sang masinis buru-buru menghapus pikiran mengerikan itu dan segera kembali pada temannya.
“Ada apa?” tanya sang masinis satunya saat melihat temannya kembali.
“Ada…ada wanita tertabrak. Kondisinya sangat
mengerikan. Kemungkinan ia melompat dari atas jembatan. Aku akan
memanggil bantuan ke pos polisi terdekat. Kau tetap di sini ya?”
Pada zaman itu, komunikasi belumlah secanggih sekarang. Apalagi saat itu cuaca sedang buruk.
Sang masinis tadi akhirnya meninggalkan temannya untuk mencari bantuan.
Sang masinis satunya dengan sabar menunggu di dalam
lokomotif. Ia tahu tak ada jadwal kereta melewati daerah itu, jadi ia
tenang saja meletakkan lokomotifnya di situ. Selain itu, lokasi ini amat
terpencil. Bahkan tak ada satupun rumah di sana.
Hujan salju telah berhenti, meninggalkan tumpukan
salju yang tebal di luar. Hanya ada lampu-lampu jalan dari tiang listrik
yang menemani lokomotif itu di tengah kegelapan malam.
Beberapa saat berlalu dan sang masinis mulai mendengar suara di luar lokomotif.
“Sreeeek…sreeeek…”
Terdengar seperti suara sesuatu tengah diseret.
“Soichi?’ masinis itu memanggil nama temannya tadi. Namun mana mungkin ia kembali secepat itu.
Masinis itu mendekat pintu.
“Halo, ada orang di situ?”
Tiba-tiba pintu lokomotif terbuka,
“Braaaaaak!!!”
Diikuti jeritan masinis itu di tengah kegelapan malam.
***
Beberapa jam kemudian barulah sang masinis kembali
bersama sejumlah polisi. Mereka harus melewati jalanan yang penuh dengan
tumpukan salju sehingga perlu waktu lama untuk kembali.
Namun begitu sampai di TKP, masinis itu ngeri melihat hanya satu bagian tubuh saja yang terlihat di situ.
Hanya ada bagian bawah wanita itu, sementara bagian atasnya lenyap.
Masih ada ceceran darah di situ dan bekas seretan.
Apa ada yang memindahkan tubuh wanita itu, pikir sang masinis. Namun mana mungkin? Apa tujuannya?
Sang masinis dan para polisi pun menuju lokomotif yang ia tinggalkan tadi.
“Sato!” panggil sang masinis.
Ia heran melihat pintu lokomotif terbuka.
Ia masuk dan tak melihat siapapun di dalam lokomotif, hanya ada tumpukan salju yang masuk melalui pintu yang terbuka.
Masinis itu sangat sangat heran. Temannya adalah
orang yang sangat bertanggung jawab. Mana mungkin ia meninggalkan
lokomotif ini begitu saja saat ia diminta menjaganya?
Soichi dan polisi lainnya mencari-cari sang masinis satunya. Namun sepertinya ia seperti lenyap ditelan malam.
Tak ada jejak di tanah. Semua jejak sudah tertimbun oleh salju yang kembali turun.
Beberapa jam mereka mencari namun tak ada hasil.
Saat sang masinis mulai putus asa, ia mendongak ke atas.
Napasnya seakan terhenti.
Dengan ketakutan ia menunjuk ke atas. Para polisi pun ikut memandang ke atas.
Mereka semua ketakutan melihat pemandangan yang
tersaji di hadapan mereka. Bahkan pengalaman para polisi itu selama
puluhan tahun menangani kasus kejahatan seperti tak ada apa-apanya.
Mereka belum pernah melihat sesuatu semengerikan ini.
Di atas tiang listrik, tubuh sang masinis sudah kaku karena membeku.
Wajahnya tampak ketakutan setengah mati. Entah apa yang telah membunuhnya, suhu yang di bawah nol ataukah rasa takutnya.
Sementara di pinggang sang masinis melingkar bagian tubuh wanita yang tertabrak itu.
Bagian pinggang ke atas, memeluk erat sang masinis yang telah tewas.
13.
“SQUARE”
(SEGI EMPAT)
Alkisah, lima orang pendaki gunung tersesat di tengah
pegunungan bersalju (versi lain cerita mengatakan mereka merupakan
korban selamat dari suatu kecelakaan pesawat). Karena tidak kuat, salah
satu dari kelima pendaki itu akhirnya meninggal. Namun keempat temannya
yang lain menolak meninggalkan jenazah teman mereka di tengah gunung dan
memutuskan membawanya.
Hingga suatu saat di tengah badai salju, mereka menemukan sebuah pondok kayu.
Mereka bersyukur dan segera berlindung di dalam
pondok kayu itu. Pondok itu berbentuk segiempat. Pondok itu tampak sudah
tua, namun masih kokoh.
Celakanya, sama sekali tak ada penerangan di dalam
pondok itu, sehingga mereka terpaksa menghabiskan malam dalam kondisi
gelap gulita.
Mereka meletakkan jenazah teman mereka di tengah ruangan yang berbentuk segi empat itu.
Mereka mulai bercakap-cakap.
“Malam ini kita tidak boleh tidur. Bila kita tidur, bisa-bisa kita tidak bangun lagi.”
“Ya, aku tahu. Tapi bagaimana caranya? Bila kita tidak melakukan sesuatu, kita pasti akan tertidur.”
“Aku tahu, kita lakukan saja suatu permainan.” Usul
salah satu teman mereka, masih dalam kondisi gelap gulita. Mereka sama
sekali tak bisa melihat satu sama lain, jadi mereka tak tahu dengan
siapa mereka berbicara dan siapa yang mengusulkan permainan itu.
“Permainan apa?”
“Begini, ruangan ini kan berbentuk kotak. Bagaimana
jika masing-masing dari kita berempat berdiri di tiap pojok ruangan.
Nah, saat permainan dimulai, salah satu dari kita berlari ke pojok
ruangan terdekat dan menepuk punggung temannya yang ada di situ. Lalu ia
yang ditepuk punggungnya harus berlari lagi untuk menepuk punggung
temannya yang ada di pojok terdekat dengannya. Begitu terus hingga
kembali ke orang pertama dan diteruskan sampai fajar tiba.”
“Itu ide bagus,” semua orang tampaknya setuju, “Dengan begitu kita akan bergerak semalaman dan tubuh kita akan terasa hangat.”
Akhirnya mereka melakukan permainan itu.
Masing-masing dari mereka, sebut saja A, B, C, dan D berdiri di pojok
ruangan. A mulai berlari ke B dan menepuk pundak B. B kemudian langsung
berlari dan menepuk pundak C. C lalu berlari menepuk pundak D. Dan
begitu seterusnya, mereka melakukan permainan itu hingga pagi.
Saat pagi tiba, mereka mulai merasa lega. Cahaya
mulai menerangi seluruh ruangan sehingga mereka bisa melihat seisi
ruangan. Salah satu teman mereka rupanya mengenali tempat ini dan tahu
jalan keluar dari tempat itu.
Namun saat mereka menyadari bentuk ruangan yang mereka tempati sejak semalam, mereka mulai sadar ada yang tidak benar.
Lalu mereka mulai ketakutan.
Permainan itu ternyata tak sesimpel yang mereka duga.
Permainan dimulai ketika A berlari dan menepuk pundak
B. B kemudian berlari menepuk pundak C. Lalu C berlari menepuk pundak
D. Sampai di sini tak ada masalah. Namun ketika D berlari ke A,
semestinya tak ada orang di sana, sebab A sudah berada di B. Benar
bukan? Sehingga D harus berlari 2 kali agar dapat menepuk pundak A.
Namun saat mereka bermain, tak ada seorang pesertapun yang harus berlari dua kali.
Saat tiba di A, D menepuk pundak seseorang yang kemudian berlari menepuk pundak A yang sedang berada di B.
Merekapun sadar, permainan ini walaupun dilakukan di ruangan berbentuk segi empat, tak bisa dilakukan oleh empat orang.
Permainan ini harus dilakukan oleh lima orang.
Namun mereka hanya ada berempat saat mereka melakukan permainan itu.
Lalu mereka menatap jenazah teman mereka yang terbujur kaku di tengah ruangan.
Ya, mereka tak hanya berempat di dalam ruangan.
Mereka berlima.
14.
“UM-MA”
(IBU)
Kisah ini adalah urban legend yang sangat terkenal di Korea (“Um-ma” adalah panggilan anak kepada ibunya di Korea).Seorang anak memanggil ibunya berkali-kali. Namun sang ibu sama sekali tak merespon panggilan anaknya.
“Um-ma…um-maaaaaaaaaaaaaaaaaa……!!!”
Sang ibu akhirnya menoleh pada anak itu.
“Um-ma….kupanggil ribuan kali kenapa um-ma tidak menjawab?”
Namun ibu itu hanya menyeringai dan menjawab.
“Apa aku mirip dengan ibumu?”
15.
Sebelumnya, aku peringatkan dulu bahwa urban legend
ini sangatlah disturbing. Buat yang tidak berani membacanya, sebaiknya
segera tinggalkan halaman ini.
Jangan sampai kalian menyesal setelah membacanya.
Aku berikan kesempatan untuk meninggalkan halaman ini.
Jika kalian masih nekad, silakan tanggung sendiri akibatnya.
……..
.……..
.……..
.……..
.……..
.……..
“10 DAYS DREAM”
“MIMPI SEPULUH HARI”
Kesepuluh mimpi itu dan aturannya adalah sebagai berikut.
MIMPI HARI PERTAMA:
Anda sedang bermimpi tengah tidur di dalam kamar
anda. Anda kemudian akan menyadari ada seorang anak perempuan yang
mengintip melalui jendela kamar anda.
Peraturan:
biarkan anak perempuan itu masuk.
biarkan anak perempuan itu masuk.
MIMPI HARI KEDUA:
Anak itu sekarang ada di dalam kamar anda. Ia terus
menunduk sehingga anda tak bisa melihat wajahnya. Ia terus menggumam
dan beberapa saat kemudian anda akan menyadari bahwa ia terus
mengatakan, “Kumohon jangan … kumohon jangan …”
Peraturan:
Biarkan gadis itu naik ke tempat tidur dan berbaring di samping anda.
MIMPI HARI KETIGA
Anak itu sekarang berbaring di samping anda. Anda akan dapat melihat wajah anak itu hancur karena terbakar hebat.
Peraturan:
Apapun yang terjadi, jangan menangis atau menjerit saat melihat wajahnya.
MIMPI HARI KEEMPAT
Kau bangun dari tempat tidur. Gadis itu berkata, “Ayo pergi ke taman.”
Peraturan:
Bawa dia ke taman terdekat tanpa mengatakan sesuatu apapun.
MIMPI HARI KELIMA
Di taman, anda akan melihat seorang wanita
mendorong kereta bayi. Perhatikan baik-baik dan anda akan melihat bahwa
ibunya adalah seekor kucing dan bayinya adalah seekor anjing.
Peraturan:
Kau harus membunuh salah satu dari mereka.
MIMPI HARI KEENAM
Saat anda tengah bermain di taman bersama gadis itu, anda akan melihat sebuah pesawat hendak lepas landas.
Peraturan:
Pastikan anda naik pesawat itu tepat waktu.
MIMPI HARI KETUJUH
Pesawat akan penuh dengan orang-orang yang seperti anda, telah mendengar cerita ini.
Peraturan:
Apapun yang terjadi, anda harus mendapatkan tempat duduk.
MIMPI HARI KEDELAPAN
Setelah beberapa saat, akan turun hujan mawar merah dan mawar hitam dari atas.
Peraturan:
Buang hanya mawar hitam dari atas pesawat.
MIMPI HARI KESEMBILAN:
Pesawat itu akan membawa anda kembali ke taman.
Peraturan:
Pulang bersama gadis itu dan kembali berbaring dengannya di kamar.
MIMPI HARI KESEPULUH:
Anda takkan tahu apa yang akan terjadi pada mimpi
hari kesepuluh kecuali anda telah melakukan semua yang diharuskan pada
kesembilan mimpi sebelumnya.
Peringatan: setelah membacanya, anda tak bisa membatalkannya.
Anda akan memimpikan 10 mimpi ini 3 hari setelah anda membacanya. Jika
anda sudah telanjur membacanya, anda harus mengikuti semua aturan dalam
tiap mimpi untuk menyelesaikannya. Jika tidak, mimpi-mimpi ini akan
terus terulang seumur hidup anda.
Ingat, anda harus menceritakan tentang cerita mimpi ini kepada orang
lain, jika tidak anda akan kembali ke mimpi pertama dan mengulanginya
dari awal.
Itu yg ke sepuluh beneran yahh..? saiia kira cuma cerita kaya yg nomor 1 - 9.
BalasHapusButuh Bandar Online terpercaya ?
BalasHapusYuk join aja menjadi member Di togelpelangi
Menyediakan permainan ;
Togel
Live dd48red blue
serta memberikan prediksi terakurat
DISKON Pemasangan :
4D ; 66%
3D : 59%
2D : 29%
Support 4 Bank terbaik :
BCA
MANDIRI
BNI
BRI
Hot Promosi Jackpot Super Lucky
Promo New Member
Komisi Referal 1%
Daftar sekarang bos : www.togelpelangi.com/daftar
Info dan contact :
BBM D8E23B5C
LINE togelpelangi
No telp.dan W.a +85581569708
Silahkan bos