Uji Nyali
1. We Are "Hollow"
Apakah kalian percaya dengan yang namanya hantu? 80% dari kalian pasti menjawab tidak. Kalian hanya menganggap mereka dongeng yang dilebih-lebihkan. Mungkin ketika membaca kisahku dan teman-temanku kalian akan percaya dengan yang namanya, hantu...
Perkenalkan, aku adalah Adit. Mahasiswa di salah satu universitas Indonesia. Aku paling suka dengan yang namanya hal ghaib, misteri, dan... ya, hantu juga termasuk, tentu saja. Untungnya aku bertemu dengan beberapa orang yang memiliki hobi yang sama denganku. Kami bertemu disalah satu grup pecinta horor dari Facebook. Kini, sudah hampir tiga tahun kami berteman. kemudian kami membuat semacam kelompok pemburu hantu. Hingga kini sudah hampir 70 tempat dan bangunan mengerikan, keramat, horor yang telah kami datangi. Kami juga ikut membantu masyarakat setempat memecahkan misteri ditempat itu, bahkan mengusir hantunya. Kami adalah, "Hollow", kelompok pemburu hantu yang sudah cukup terkenal. Kami selalu mengupload video kami di Youtube dan selalu mendapat jutaan viewer. Tanggapan mereka juga selalu bagus. Bahkan tidak sedikit yang menantang kami mengunjungi kota mereka yang katanya memiliki tempat yang berhantu.
Seperti hari ini. Kami berlima sedang menuju salah satu bangunan berhantu di kota asal salah satu teman kami. Sebuah sekolah tua yang sudah berpuluh-puluh tahun tidak terpakai. Sekolah yang sudah tidak terawat. Seluruh bangunannya sudah hancur ketika aku melihat gambarnya di google.
"Guys, gue kok ngerasa gak enak ya." Ucap Lia dari kursi depan, tepat disamping Rio si supir. Lia adalah yang paling muda dikelompok ini. Bayangkan saja, usianya baru menginjak 16 tahun bulan lalu. Banyak yang heran kenapa gadis cantik dan belia sepertinya tertarik dengan hal ghaib. Dia masih kelas 1 SMA, sekolah dan kelas yang sama dengan adikku. Koleksi majalah misterinya saja lebih banyak dari kami semua. Maksudku, remaja mana yang suka membaca majalah misteri? apalagi dia adalah seorang gadis yang sangat cantik. Aku akui itu.
Dari sampingku terdengar tawa Juno, "Ah, ada-ada aja lo. Tapi, bener juga kali ya. Mungkin kali ini kita dimakan sama hantunya. Hahahaha..." Ditepuknya pundakku dengan tangan gempalnya. Jujur saja, Juno adalah orang paling humoris sekaligus yang paling menyebalkan di kelompok ini. Badannya gemuk dan pendek. Rambutnya gondrong dan selalu memakai topi. Dia sudah 23 tahun, tidak kuliah dan bekerja sebagai manajer disebuah kafe. Lebih tepatnya, dia adalah pemilik kafe itu. Dia juga sangat hebat dalam komputer, hobinya bermain game. Yang menyebalkan darinya adalah, dia selalu tertawa bahkan ketika tidak ada yang lucu. Aku teringat ketika kami tengah dalam kondisi terdesak karna dikerubungi oleh hantu disebuah rumah sakit. Hantu-hantu itu melempari kami dengan benda-benda yang ada dirumah sakit itu. Kami semua ketakutan, berharap segera keluar dari kondisi itu. Tapi Juno, dia malah tertawa dan membuat hantu-hantu itu semakin berang.
"Gak ada yang minta pendapat lo juga." Lia memandang Juno dengan tatapan tajam dan mulutnya manyun. Juno kembali tertawa, "Hehe... Sorry deh. Becanda. Wkwkwkwk..."
Juno duduk ditengah. Aku ada disamping kiri, dan disamping kanannya ada si Ratu. Dia daritadi hanya diam sambil memandang keluar jendela. Ciri khasnya adalah selalu memakai Hoodie dan jeans pendek. Ratu juga selalu memakai earphone ditelinganya, Membuatnya terlihat begitu cantik dan sexy. Dia adalah gadis berusia 22 tahun. Sama sepertiku. Ratu adalah yang paling jarang berbicara dikelompok ini, dia adalah kebalikan si Juno. Ratu juga sangat misterius, dingin dan sering dibilang sombong oleh orang-orang disekitarnya. Dia tidak pernah dekat dengan cowok manapun, tidak pernah berpacaran. Bagaimana aku tahu? karna dia adalah temanku sedari kecil. Kami ada di kampus yang sama, bahkan dikelas yang sama. Bahkan tidak ada cowok yang berani mendekatinya, karna dia adalah seorang yang jago beladiri. Karate. Ratu tidak akan segan-segan menghajar orang yang berani menggodanya.
"Kita hampir sampai. Kalian sudah siap kan?" Tanya Rio seraya sesekali melihat jam tangannya. Rio adalah anggota kelompok kami yang paling banyak berjasa. Kenapa? kami selalu memakai mobilnya ketika sedang "beraksi". Dia juga menyumbang alat-alat yang diperlukan demi keberhasilan misi kami dalam memburu hantu. Seperti kamera, penerangan, dll. Dia adalah orang kaya. Tapi dia sangat baik. Tidak sombong seperti orang kaya lainnya. Walaupun dia adalah mahasiswa yang sangat badung. Sering bolos, ikut tawuran, dan nilainya tidak pernah bagus.
Jam sudah menunjuk pukul 11 malam. Cuaca juga sangat dingin dan gelap karna mendung. Akhirnya setelah beberapa jam kami berkendara didalam mobil, kami sampai juga ditujuan. Rio memarkirkan mobil di tempat yang tidak jauh dari sekolah itu. Lalu kami semua pun turun. Tidak ada istirahat, kami langsung beraksi. Rio dan Juno terlihat sibuk membongkar isi tas tempat peralatan untuk misi kami. Lia asyik memotret sekolah tua itu dengan gadgetnya. Sementara Ratu, dia hanya diam seraya memandangi sekolah itu.
Menurut artikel yang kubaca di google, dulunya sekolah ini dipakai oleh para anak-anak keturunan jepang ketika Indonesia masih dalam penjajahan jepang. Tapi kemudian terjadi kematian masal yang penyebabnya tidak diketahui sampai sekarang. Mayat-mayat murid, guru, dan masyarakat yang tewas dikuburkan secara masal pula.
Sekolah ini sangat besar, terdiri dari tiga lantai. Kacanya sudah kebanyakan pecah, sementara bangunannya sudah terkena retak disana-sini karna termakan usia. Malam yang mendung ini semakin membuat sekolah ini terlihat seram. Bahkan pohon-pohon disampingnya ikut menari menyambut kami.
"Baiklah. Ayo kita berangkat." Rio memimpin. Kemudian disusul oleh Lia, Juno lalu aku. Ratu menyusul jauh dari belakang. Aku melihat ada orang disalah satu jendela dilantai tiga. Orang itu sangat hitam dan tinggi. Dia melambaikan tangan padaku. Mungkinkah ini hanya halusinasi?
2. Hantu-hantu Sekolah Tua
Sekolah ini cukup jauh dari pemukiman penduduk. Menurut sumber yang kubaca dulunya ada lumayan banyak rumah disekitar rumah ini. Namun sekarang sudah ambruk atau dihancurkan oleh pemerintah disini. Tapi entah kenapa tidak ada yabg berani mengusik apalagi menghancurkan bangunan sekolah tua ini, karna katanya akan terkena sial seumur hidup.
Diantara banyaknya penampakan disekolah tua ini, yang paling terkenal dan juga paling sering dilihat penduduk sekitar penampakannya adalah hantu seorang wanita tua yang kemungkinan besar adalah guru. Wajah dan seluruh tubuhnya hancur membusuk dan dipenuhi cacing, setidaknya itulah yang kubaca disalah satu website di google.
"Gila, dingin banget. Udah kaya musim salju di Amerika sono." Juno mengelus-elus tubuhnya untuk menghangatkan diri. Dia benar, malam ini memang sangat dingin. Langit mendung menutupi langit malam ini. Rio semakin mempercepat jalannya, dia terlihat sangat bersemangat, "Cepetan woy. Gue udah gak sabar ngeliat reaksi penonton kita di youtube. Dan malam ini pasti mencekam banget." Ucapnya seraya melihat kami satu-persatu. Kami pun ikut mempercepat langkah mengikuti Rio. Dapat kulihat kalau Lia tengah membaca artikel tentang sekolah tua ini dari gadgetnya. Dan si jahil Juno terus mengganggunya dengan cara menutupi layar gadget itu hingga mereka terus bertengkar. Memalukan.
Paling belakang ada si Ratu. Matanya terus melihat ke lantai tiga, seperti ada yang sedang diawasinya.
Gerbang sekolah ini sudah hancur dan reot, sehingga kami tidak perlu bersusah payah masuk walaupun gerbangnya dikunci. Disamping gerbang itu ada sebuah papan dengan tulisan, "Dilarang masuk kalau tidak ingin terjadi sesuatu." Apa maksudnya? Juno terus menyenter papan tanda itu sambil mengelus-elus dagunya. Dia seolah memikirkan sesuatu, kemudian bertanya pada kami satu-persatu, "Dasar penakut!" ledek Lia. "Eh bukan begitu bocah, gue kan cuma nanya." Juno membalas ledekan Lia, sementara cahaya senter diarahkannya secara sengaja ke wajah Lia.
"Woy cepetan masuk. Yaelah, gak mungkin gue sendirian kan yang masuk kedalem." Rio ternyata sudah ada didalam sekolah itu, dia memang paling bersemangat bila sedang menginvestigasi tempat-tempat seram seperti ini.
Ketika ada didalam, ternyata pekarangan sekolah ini jauh lebih besar daripada yang ada di google image. Semak belukar mengelilingi pekarangan sekolah tua ini. Mungkin karna sudah puluhan tahun tidak dirawat makanya tempat ini lebih mirip hutan.
Rio sedang mencoba membuka gembok pintu masuk sekolah itu, dia memang ahlinya. "Bisa gak? kalau enggak kita masuk dari jendela aja udah." Kata Juno. "Berisik lo. Udah senter aja, bentar lagi kelar ni," Balas Rio yang kemudian berhasil membukanya setelah beberapa saat berkutat dengan "alat" nya.
"Oke ayo kita bagi-bagi tugas ya. Seperti biasa Adit ama Ratu megang kamera dan ngikutin gue sama Lia terus. Dan lo Juno, lo bagian penerangan sama yang naruh kamera disudut-sudut sekolah ini." Rio kemudian membongkar tas lalu mengambil peralatan kami. Dia memberikan sebuah Handycam padaku dan Ratu. Aku kemudian menyalakan Handycam itu, kemudian merekam sekitaran sekolah tua ini. Walaupun tempat ini sangat gelap dan buram, untung saja ini adalah Handycam mahal jadi gambarnya sangat bagus dan jelas, dan tentu saja ada mode malamnya. Aku merekam Rio yang masih sibuk membongkar tas, lalu mengarahkan Handycam ku pada Juno yang sudah masuk duluan kedalam sekolah itu. Ratu kemudian menyusul si gemuk itu juga dengan Handycamnya. Kemudian aku mengarahkan Handycam ku itu kearah jendela, dan melihat ada sesosok anak kecil dari balik jendela itu. Oke, aku ketakutan. Tapi ini adalah hal yang biasa terjadi ketika kami memburu hantu ditempat-tempat seram. Aku terus merekam anak kecil itu. Dia hanya diam menatapku dengan tatapannya yang sangat kosong, maksudku.. Dia tidak memiliki mata. Ya, setelah kuamati ternyata anak itu tidak mempunyai bola mata. Aku terus merekamnya, bahkan setelah Rio dan Lia telah masuk kedalam sekolah dan hanya tinggal aku yang diluar. Beberapa saat kemudian sosok itu menghilang, dia tidak ada lagi disana. Aku merekam kearah lain. Mengelilingi pekarangan sekolah ini. Ketika aku mengarahkan Handycamku kearah belakang, tiba-tiba saja sosok anak kecil itu ada disitu. Tepat didepanku, hanya berjarak satu meter. Aku bahkan dapat melihatnya dengan jelas walau tanpa Handycam. Tubuhnya biru karna memar, wajahnya dipenuhi cacing hampir membuka seluruh tengkoraknya. Aku terus merekamnya. Dia hanya diam menatapku sambil sesekali memutar kepalanya seperti tidak punya tulang leher. Aku keringat dingin, diam mematung tapi terus merekamnya. Sosok itu kemudian terbang dengan cepat kearahku hingga membuatku shock setengah mati, "Aaarrrgghh!" teriakku. Aku sampai membanting Handycamku. Aku menutup mataku dengan tangan. Hingga kurasakan kalau ada ada sebuah tangan yang memegang pundakku. Aku menutup mataku semakin rapat.
"Woy. Kenapa lo? udah ayo masuk, temen-temen lain udah pada siap tuh." Ucap suara yang sangat kukenal. Ternyata yang memegang pundakku adalah Rio. Dia membantuku bangkit, karna aku sempat terjatuh ketika sosok tadi melompat kearahku.
"Lo gak apa-apa kan? kok pucat gitu?" tanya Rio. Aku menggeleng lalu tersenyum, "Temen-temen lain udah pada masuk kan?" Aku bertanya balik.
"Udah lah, si Juno malah udah dilantai dua masang lampu dan kamera ama si Ratu."
Kemudian aku merekam lagi. Untung saja Handycam ini tidak rusak karna terbanting tadi. Didalam gedung sekolah ini ternyata jauh lebih menyeramkan. Dindingnya retak, lemari yang ada sudah pada bobrok, kaca jendela yang pecah. Ada sarang laba-laba dimanapun aku melihat. Debu juga sepertinya sudah hampir setebal 5cm.
Lia tengah membaca sesuatu disebuah papan tulis yang berada di halaman gedung sekolah. Sementara Rio, dia sudah menghilang entah kemana. Sepertinya dia sedang memasuki salah satu kelas yang berada dekat dengan halaman sekolah ini. Aku lalu mendekati Lia lalu merekamnya.
"Lia. Lagi ngapain lo?" Tanyaku kemudian ikut merekam dan tulisan dan beberapa foto dipapan tulis itu.
"Lo liat gak foto itu?" Lia menunjuk sebuah foto beberapa orang guru dengan para anak muridnya, "Lo liat juga tulisan dibawahnya. Disitu katanya itu adalah foto para guru dan murid sebelum mereka tewas. Yang jadi pertanyaan gue, siapa yang nulis itu dan dia dapat tuh foto darimana? karna diliat darimanapun itu tulisan tangan, bukan dari mesin printer." Aku menggeleng. Aku baru sadar setelah hampir 10 menit memperhatikan foto itu, disitu ada anak kecil yang menyerangku ketika diluar tadi. Aku sangat mengenali wajahnya walaupun tadi sudah membusuk dan dipenuhi cacing. Kemudian aku memperhatikan Lia, dia terlihat sangat ketakutan. Wajahnya pucat dan tubuhnya mematung. Dia seperti melihat sesuatu. Lia menunjuk sesuatu didepannya, kemudian aku melihatnya. Aku terkejut dan ikut ketakutan. Tahukah kau apa yang ada didepan kami? beberapa sosok hantu anak kecil berseragam sekolah kuno memperhatikan kami dengan tatapan mereka yang tajam. Rupa dan bentuk mereka sangat mengerikan, seluruh tubuh dan wajah mereka dipenuhi cacing. Bahkan ada beberapa diantara anak-anak itu yang anggota tubuhnya tidak lengkap, seperti ada yang tangannya buntung, kakinya putus... Bahkan ada yang tidak memiliki kepala!
1. We Are "Hollow"
Apakah kalian percaya dengan yang namanya hantu? 80% dari kalian pasti menjawab tidak. Kalian hanya menganggap mereka dongeng yang dilebih-lebihkan. Mungkin ketika membaca kisahku dan teman-temanku kalian akan percaya dengan yang namanya, hantu...
Perkenalkan, aku adalah Adit. Mahasiswa di salah satu universitas Indonesia. Aku paling suka dengan yang namanya hal ghaib, misteri, dan... ya, hantu juga termasuk, tentu saja. Untungnya aku bertemu dengan beberapa orang yang memiliki hobi yang sama denganku. Kami bertemu disalah satu grup pecinta horor dari Facebook. Kini, sudah hampir tiga tahun kami berteman. kemudian kami membuat semacam kelompok pemburu hantu. Hingga kini sudah hampir 70 tempat dan bangunan mengerikan, keramat, horor yang telah kami datangi. Kami juga ikut membantu masyarakat setempat memecahkan misteri ditempat itu, bahkan mengusir hantunya. Kami adalah, "Hollow", kelompok pemburu hantu yang sudah cukup terkenal. Kami selalu mengupload video kami di Youtube dan selalu mendapat jutaan viewer. Tanggapan mereka juga selalu bagus. Bahkan tidak sedikit yang menantang kami mengunjungi kota mereka yang katanya memiliki tempat yang berhantu.
Seperti hari ini. Kami berlima sedang menuju salah satu bangunan berhantu di kota asal salah satu teman kami. Sebuah sekolah tua yang sudah berpuluh-puluh tahun tidak terpakai. Sekolah yang sudah tidak terawat. Seluruh bangunannya sudah hancur ketika aku melihat gambarnya di google.
"Guys, gue kok ngerasa gak enak ya." Ucap Lia dari kursi depan, tepat disamping Rio si supir. Lia adalah yang paling muda dikelompok ini. Bayangkan saja, usianya baru menginjak 16 tahun bulan lalu. Banyak yang heran kenapa gadis cantik dan belia sepertinya tertarik dengan hal ghaib. Dia masih kelas 1 SMA, sekolah dan kelas yang sama dengan adikku. Koleksi majalah misterinya saja lebih banyak dari kami semua. Maksudku, remaja mana yang suka membaca majalah misteri? apalagi dia adalah seorang gadis yang sangat cantik. Aku akui itu.
Dari sampingku terdengar tawa Juno, "Ah, ada-ada aja lo. Tapi, bener juga kali ya. Mungkin kali ini kita dimakan sama hantunya. Hahahaha..." Ditepuknya pundakku dengan tangan gempalnya. Jujur saja, Juno adalah orang paling humoris sekaligus yang paling menyebalkan di kelompok ini. Badannya gemuk dan pendek. Rambutnya gondrong dan selalu memakai topi. Dia sudah 23 tahun, tidak kuliah dan bekerja sebagai manajer disebuah kafe. Lebih tepatnya, dia adalah pemilik kafe itu. Dia juga sangat hebat dalam komputer, hobinya bermain game. Yang menyebalkan darinya adalah, dia selalu tertawa bahkan ketika tidak ada yang lucu. Aku teringat ketika kami tengah dalam kondisi terdesak karna dikerubungi oleh hantu disebuah rumah sakit. Hantu-hantu itu melempari kami dengan benda-benda yang ada dirumah sakit itu. Kami semua ketakutan, berharap segera keluar dari kondisi itu. Tapi Juno, dia malah tertawa dan membuat hantu-hantu itu semakin berang.
"Gak ada yang minta pendapat lo juga." Lia memandang Juno dengan tatapan tajam dan mulutnya manyun. Juno kembali tertawa, "Hehe... Sorry deh. Becanda. Wkwkwkwk..."
Juno duduk ditengah. Aku ada disamping kiri, dan disamping kanannya ada si Ratu. Dia daritadi hanya diam sambil memandang keluar jendela. Ciri khasnya adalah selalu memakai Hoodie dan jeans pendek. Ratu juga selalu memakai earphone ditelinganya, Membuatnya terlihat begitu cantik dan sexy. Dia adalah gadis berusia 22 tahun. Sama sepertiku. Ratu adalah yang paling jarang berbicara dikelompok ini, dia adalah kebalikan si Juno. Ratu juga sangat misterius, dingin dan sering dibilang sombong oleh orang-orang disekitarnya. Dia tidak pernah dekat dengan cowok manapun, tidak pernah berpacaran. Bagaimana aku tahu? karna dia adalah temanku sedari kecil. Kami ada di kampus yang sama, bahkan dikelas yang sama. Bahkan tidak ada cowok yang berani mendekatinya, karna dia adalah seorang yang jago beladiri. Karate. Ratu tidak akan segan-segan menghajar orang yang berani menggodanya.
"Kita hampir sampai. Kalian sudah siap kan?" Tanya Rio seraya sesekali melihat jam tangannya. Rio adalah anggota kelompok kami yang paling banyak berjasa. Kenapa? kami selalu memakai mobilnya ketika sedang "beraksi". Dia juga menyumbang alat-alat yang diperlukan demi keberhasilan misi kami dalam memburu hantu. Seperti kamera, penerangan, dll. Dia adalah orang kaya. Tapi dia sangat baik. Tidak sombong seperti orang kaya lainnya. Walaupun dia adalah mahasiswa yang sangat badung. Sering bolos, ikut tawuran, dan nilainya tidak pernah bagus.
Jam sudah menunjuk pukul 11 malam. Cuaca juga sangat dingin dan gelap karna mendung. Akhirnya setelah beberapa jam kami berkendara didalam mobil, kami sampai juga ditujuan. Rio memarkirkan mobil di tempat yang tidak jauh dari sekolah itu. Lalu kami semua pun turun. Tidak ada istirahat, kami langsung beraksi. Rio dan Juno terlihat sibuk membongkar isi tas tempat peralatan untuk misi kami. Lia asyik memotret sekolah tua itu dengan gadgetnya. Sementara Ratu, dia hanya diam seraya memandangi sekolah itu.
Menurut artikel yang kubaca di google, dulunya sekolah ini dipakai oleh para anak-anak keturunan jepang ketika Indonesia masih dalam penjajahan jepang. Tapi kemudian terjadi kematian masal yang penyebabnya tidak diketahui sampai sekarang. Mayat-mayat murid, guru, dan masyarakat yang tewas dikuburkan secara masal pula.
Sekolah ini sangat besar, terdiri dari tiga lantai. Kacanya sudah kebanyakan pecah, sementara bangunannya sudah terkena retak disana-sini karna termakan usia. Malam yang mendung ini semakin membuat sekolah ini terlihat seram. Bahkan pohon-pohon disampingnya ikut menari menyambut kami.
"Baiklah. Ayo kita berangkat." Rio memimpin. Kemudian disusul oleh Lia, Juno lalu aku. Ratu menyusul jauh dari belakang. Aku melihat ada orang disalah satu jendela dilantai tiga. Orang itu sangat hitam dan tinggi. Dia melambaikan tangan padaku. Mungkinkah ini hanya halusinasi?
2. Hantu-hantu Sekolah Tua
Sekolah ini cukup jauh dari pemukiman penduduk. Menurut sumber yang kubaca dulunya ada lumayan banyak rumah disekitar rumah ini. Namun sekarang sudah ambruk atau dihancurkan oleh pemerintah disini. Tapi entah kenapa tidak ada yabg berani mengusik apalagi menghancurkan bangunan sekolah tua ini, karna katanya akan terkena sial seumur hidup.
Diantara banyaknya penampakan disekolah tua ini, yang paling terkenal dan juga paling sering dilihat penduduk sekitar penampakannya adalah hantu seorang wanita tua yang kemungkinan besar adalah guru. Wajah dan seluruh tubuhnya hancur membusuk dan dipenuhi cacing, setidaknya itulah yang kubaca disalah satu website di google.
"Gila, dingin banget. Udah kaya musim salju di Amerika sono." Juno mengelus-elus tubuhnya untuk menghangatkan diri. Dia benar, malam ini memang sangat dingin. Langit mendung menutupi langit malam ini. Rio semakin mempercepat jalannya, dia terlihat sangat bersemangat, "Cepetan woy. Gue udah gak sabar ngeliat reaksi penonton kita di youtube. Dan malam ini pasti mencekam banget." Ucapnya seraya melihat kami satu-persatu. Kami pun ikut mempercepat langkah mengikuti Rio. Dapat kulihat kalau Lia tengah membaca artikel tentang sekolah tua ini dari gadgetnya. Dan si jahil Juno terus mengganggunya dengan cara menutupi layar gadget itu hingga mereka terus bertengkar. Memalukan.
Paling belakang ada si Ratu. Matanya terus melihat ke lantai tiga, seperti ada yang sedang diawasinya.
Gerbang sekolah ini sudah hancur dan reot, sehingga kami tidak perlu bersusah payah masuk walaupun gerbangnya dikunci. Disamping gerbang itu ada sebuah papan dengan tulisan, "Dilarang masuk kalau tidak ingin terjadi sesuatu." Apa maksudnya? Juno terus menyenter papan tanda itu sambil mengelus-elus dagunya. Dia seolah memikirkan sesuatu, kemudian bertanya pada kami satu-persatu, "Dasar penakut!" ledek Lia. "Eh bukan begitu bocah, gue kan cuma nanya." Juno membalas ledekan Lia, sementara cahaya senter diarahkannya secara sengaja ke wajah Lia.
"Woy cepetan masuk. Yaelah, gak mungkin gue sendirian kan yang masuk kedalem." Rio ternyata sudah ada didalam sekolah itu, dia memang paling bersemangat bila sedang menginvestigasi tempat-tempat seram seperti ini.
Ketika ada didalam, ternyata pekarangan sekolah ini jauh lebih besar daripada yang ada di google image. Semak belukar mengelilingi pekarangan sekolah tua ini. Mungkin karna sudah puluhan tahun tidak dirawat makanya tempat ini lebih mirip hutan.
Rio sedang mencoba membuka gembok pintu masuk sekolah itu, dia memang ahlinya. "Bisa gak? kalau enggak kita masuk dari jendela aja udah." Kata Juno. "Berisik lo. Udah senter aja, bentar lagi kelar ni," Balas Rio yang kemudian berhasil membukanya setelah beberapa saat berkutat dengan "alat" nya.
"Oke ayo kita bagi-bagi tugas ya. Seperti biasa Adit ama Ratu megang kamera dan ngikutin gue sama Lia terus. Dan lo Juno, lo bagian penerangan sama yang naruh kamera disudut-sudut sekolah ini." Rio kemudian membongkar tas lalu mengambil peralatan kami. Dia memberikan sebuah Handycam padaku dan Ratu. Aku kemudian menyalakan Handycam itu, kemudian merekam sekitaran sekolah tua ini. Walaupun tempat ini sangat gelap dan buram, untung saja ini adalah Handycam mahal jadi gambarnya sangat bagus dan jelas, dan tentu saja ada mode malamnya. Aku merekam Rio yang masih sibuk membongkar tas, lalu mengarahkan Handycam ku pada Juno yang sudah masuk duluan kedalam sekolah itu. Ratu kemudian menyusul si gemuk itu juga dengan Handycamnya. Kemudian aku mengarahkan Handycam ku itu kearah jendela, dan melihat ada sesosok anak kecil dari balik jendela itu. Oke, aku ketakutan. Tapi ini adalah hal yang biasa terjadi ketika kami memburu hantu ditempat-tempat seram. Aku terus merekam anak kecil itu. Dia hanya diam menatapku dengan tatapannya yang sangat kosong, maksudku.. Dia tidak memiliki mata. Ya, setelah kuamati ternyata anak itu tidak mempunyai bola mata. Aku terus merekamnya, bahkan setelah Rio dan Lia telah masuk kedalam sekolah dan hanya tinggal aku yang diluar. Beberapa saat kemudian sosok itu menghilang, dia tidak ada lagi disana. Aku merekam kearah lain. Mengelilingi pekarangan sekolah ini. Ketika aku mengarahkan Handycamku kearah belakang, tiba-tiba saja sosok anak kecil itu ada disitu. Tepat didepanku, hanya berjarak satu meter. Aku bahkan dapat melihatnya dengan jelas walau tanpa Handycam. Tubuhnya biru karna memar, wajahnya dipenuhi cacing hampir membuka seluruh tengkoraknya. Aku terus merekamnya. Dia hanya diam menatapku sambil sesekali memutar kepalanya seperti tidak punya tulang leher. Aku keringat dingin, diam mematung tapi terus merekamnya. Sosok itu kemudian terbang dengan cepat kearahku hingga membuatku shock setengah mati, "Aaarrrgghh!" teriakku. Aku sampai membanting Handycamku. Aku menutup mataku dengan tangan. Hingga kurasakan kalau ada ada sebuah tangan yang memegang pundakku. Aku menutup mataku semakin rapat.
"Woy. Kenapa lo? udah ayo masuk, temen-temen lain udah pada siap tuh." Ucap suara yang sangat kukenal. Ternyata yang memegang pundakku adalah Rio. Dia membantuku bangkit, karna aku sempat terjatuh ketika sosok tadi melompat kearahku.
"Lo gak apa-apa kan? kok pucat gitu?" tanya Rio. Aku menggeleng lalu tersenyum, "Temen-temen lain udah pada masuk kan?" Aku bertanya balik.
"Udah lah, si Juno malah udah dilantai dua masang lampu dan kamera ama si Ratu."
Kemudian aku merekam lagi. Untung saja Handycam ini tidak rusak karna terbanting tadi. Didalam gedung sekolah ini ternyata jauh lebih menyeramkan. Dindingnya retak, lemari yang ada sudah pada bobrok, kaca jendela yang pecah. Ada sarang laba-laba dimanapun aku melihat. Debu juga sepertinya sudah hampir setebal 5cm.
Lia tengah membaca sesuatu disebuah papan tulis yang berada di halaman gedung sekolah. Sementara Rio, dia sudah menghilang entah kemana. Sepertinya dia sedang memasuki salah satu kelas yang berada dekat dengan halaman sekolah ini. Aku lalu mendekati Lia lalu merekamnya.
"Lia. Lagi ngapain lo?" Tanyaku kemudian ikut merekam dan tulisan dan beberapa foto dipapan tulis itu.
"Lo liat gak foto itu?" Lia menunjuk sebuah foto beberapa orang guru dengan para anak muridnya, "Lo liat juga tulisan dibawahnya. Disitu katanya itu adalah foto para guru dan murid sebelum mereka tewas. Yang jadi pertanyaan gue, siapa yang nulis itu dan dia dapat tuh foto darimana? karna diliat darimanapun itu tulisan tangan, bukan dari mesin printer." Aku menggeleng. Aku baru sadar setelah hampir 10 menit memperhatikan foto itu, disitu ada anak kecil yang menyerangku ketika diluar tadi. Aku sangat mengenali wajahnya walaupun tadi sudah membusuk dan dipenuhi cacing. Kemudian aku memperhatikan Lia, dia terlihat sangat ketakutan. Wajahnya pucat dan tubuhnya mematung. Dia seperti melihat sesuatu. Lia menunjuk sesuatu didepannya, kemudian aku melihatnya. Aku terkejut dan ikut ketakutan. Tahukah kau apa yang ada didepan kami? beberapa sosok hantu anak kecil berseragam sekolah kuno memperhatikan kami dengan tatapan mereka yang tajam. Rupa dan bentuk mereka sangat mengerikan, seluruh tubuh dan wajah mereka dipenuhi cacing. Bahkan ada beberapa diantara anak-anak itu yang anggota tubuhnya tidak lengkap, seperti ada yang tangannya buntung, kakinya putus... Bahkan ada yang tidak memiliki kepala!
0 komentar:
Posting Komentar