Tahukah kalian tentang paradoks ?
Paradoks adalah suatu situasi yang timbul dari sejumlah premis yang
diakui kebenarannya yang bertolak dari suatu pernyataan dan akan tiba
pada suatu konflik atau kontradiksi.
Sebuah 'paradoks adalah sebuah pernyataan yang betul atau sekelompok
pernyataan yang menuju ke sebuah kontradiksi atau ke sebuah situasi yang
berlawanan dengan intuisi.
Biasanya, baik pernyataan dalam pertanyaan tidak termasuk kontradiksi,
hasil yang membingungkan bukan sebuah kontradiksi, atau "premis"nya
tidak sepenuhnya betul (atau, tidak dapat semuanya betul). Pengenalan
ambiguitas, equivocation, dan perkiraan yang tak diutarakan di paradoks
yang dikenal sering kali menuju ke peningkatan dalam sains, filsafat,
dan matematika.
Bicara tentang paradoks Suatu ketika seorang teman saya berujar bahwa ia sedang berusaha berhenti merokok.
Yang aneh adalah dia berusaha berhenti merokok dengan cara merokok.
Lah kok bisa?
Begini penjelasannya. Menurut teman saya tersebut, dia merokok mengikut
pola seperti misalnya dia merokok pada jam tertentu, setelah aktivitas
tertentu (misalnya setelah makan), di tempat tertentu (misalnya teras
rumah), dan dengan merek rokok tertentu.
Semua itu membentuk suatu persepsi di dalam otaknya bahwa merokok merupakan sesuatu yang menyenangkan.
Nah, untuk membongkar persepsi tersebut, teman saya itu mengacak pola
yang sudah lama terbentuk. Ia mengacak waktu merokok, kadang sebelum
makan, kadang setelah makan, kadang di sela-sela makan. Ia
mengganti-ganti merek rokok yang dia konsumsi tanpa mengikuti suatu pola
tertentu agar tidak terbentuk pola baru yang nanti sulit dibongkar.
Apa yang dilakukan teman saya tersebut sungguh merupakan sebuah paradox.
Ia berusaha berhenti merokok dengan cara merokok. Sungguh sebuah
kalimat yang membingungkan bagi banyak orang, kecuali kita sudah paham
apa yang dijelaskan oleh teman saya tersebut. Hidup ini memang penuh
dengan paradoks.
Paradoks merupakan pernyataan yang menjelaskan situasi yang kontradiktif
sehingga menafikan logika awal yang dibangun di awal pernyataan itu
sendiri. Kendati demikian, paradoks seringkali membuat sebuah kalimat
menjadi lebih menarik, lebih hidup, dan lebih punya makna. Bahkan
mungkin, bagi sebagaian orang, mereka sebenarnya hidup di dalam
paradoks. Hanya saja mereka bisa menyadari paradoks tersebut atau bisa
juga tidak menyadarinya sama sekali. Di antara banyaknya paradoks
kehidupuan, pada kesempatan ini perkenankan saya untuk membagikan tujuh
paradoks yang cukup menarik untuk disikapi.
Berikut adalah 7 paradoks yang berhubungan dengan kehidupan kita
1. Kesepian di tengah keramaian
Lonely in the crowd, begitulah ungkapan di dunia barat sana untuk
menjelaskan paradoks yang satu ini. Mungkin Anda pernah merasakan
situasi ini. Anda berada di tengah kerumunan banyak orang, bisa jadi
dalam sebuah pesta bahkan, namun Anda tidak merasa larut dalam pesta
itu.
Sebaliknya, Anda bahkan merasa terasing. Orang-orang yang hadir di sana tidak bisa nyambung saat ngobrol dengan Anda.
Anda rasanya ingin berada di tempat lain. Mungkin tidak dikerumuni orang
banyak seperti itu, cukup ditemani oleh beberapa orang atau bahkan satu
orang. Namun orang tersebut bisa mengisi kehampaan relung hati Anda.
2. Semakin cepat memacu semakin lambat mencapai
Paradoks yang satu ini sungguh tidak masuk diakal. Dalam hukum
fisika, kita mempelajari bahwa semakin cepat sebuah kendaraan melaju
semakin cepat kendaraan tersebut akan menyelesaikan jarak yang ditempuh.
Namun hidup ini tidak selalu bisa dijelaskan dengan fenomena fisika
bahkan dalam konteks berkendaraan sekalipun. Saya pribadi pernah
mengalaminya. Semakin saya menginjak pedal gas, semakin jauh rasanya
jarak yang harus ditempuh. Belum lagi bila ketergesa-gesaan kita ini
justru menyebabkan kecelakaan yang mengakibatkan perjalanan kita semakin
lambat. Anehnya, ketika kita mengemudi dengan kecepatan yang wajar dan
perasaan yang tenang, seringkali tidak terasa kita sudah sampai ke
tempat tujuan. Hal yang mirip juga sebenarnya berlaku dalam situasi yang
bukan merupakan perjalanan. Saat kita memacu seluruh kecepatan kita
seringkali banyak hal terlewatkan sehingga akhirnya kita harus mengulang
kembali apa yang sedang kita kerjakan sehingga secara keseluruhan kita
justru lebih lambat menyelesaikan tugas kita.
3. Semakin meningikan diri semakin direndahkan
Mungkin Anda pernah menyaksikan situasi seperti ini:
seseorang dengan angkuhnya menunjukkan kemampuan, kekayaan atau
kedudukannya. Sementara orang yang lainnya dianggap remeh atau
dilecehkan. Namun tiba-tiba keadaan berbalik ketika orang yang semula
diremehkan tersebut ternyata memiliki kemampuan, kekayaan atau kedudukan
yang lebih tinggi daripada orang yang semula angkuh tersebut.
Paradoks yang satu ini mengingatkan kita untuk tetap rendah hati karena
dengan rendah hati, kita tidak memiliki tempat untuk jatuh atau kalaupun
jatuh tidak terlalu sakit. Tapi bila kita meninggikan diri, maka kita
akan merasa sakit bila jatuh.
Anehnya, banyak orang berusaha untuk meninggikan diri mereka dengan
berbagai cara. Padahal, dengan tidak perlu bersusah payah meninggikan
diri, seseorang justru bisa dengan lebih efektif mendapatkan simpati
dari orang-orang di sekitarnya.
4. Semakin bertambah semakin kekurangan
Kita sering berusaha untuk menambah apa yang kita miliki. Baik ilmu,
harta atau jabatan. Lucunya, semakin kita menambah, semakin kita merasa
kekurangan. Dalam hal ilmu pengetahuan, Anda mungkin sering mendengar
orang berkata:
“Semakin saya belajar semakin saya tidak tahu.”
Tentu saja yang dimaksud orang tersebut bukan berarti apa yang dia
pelajari tidak berguna atau malah mengurangi ilmu yang dimilikinya. Tapi
yang dimaksud adalah semakin ia belajar semakin ia menyadari bahwa
masih banyak hal yang belum ia pelajari. Dalam urusan harta situasinya
tidak berbeda jauh. Semakin banyak seseorang memiliki harta kekayaan
semakin ia menyadari masih banyak harta yang tidak ia miliki. Hal yang
sama juga terjadi dengan jabatan. Semakin tinggi jabatan yang dimiliki
seseorang semakin ia merasakan bahwa ada jabatan yang lebih tinggi.
Bahkan bila ia sudah memiliki jabatan yang paling tinggi sekalipun maka
dirinya akan merasa kekurangan waktu untuk menduduki jabatannya
tersebut.
5. Semakin banyak menyingkirkan musuh semakin banyak musuh datang
Dalam film Gladiator, Kaisar Marcus Aurelius bertanya pada Jendral
Maximus mengenai sampai kapan ia akan berperang. Maximus yang penuh
dengan integritas dalam membela Roma menjawab bahwa ia akan terus
berperang sampai tidak ada lagi musuh untuk dilawan. Kemudian Aurelius
yang bijak menasehati Maximus bahwa akan selalu ada musuh untuk di
lawan. Pepatah mengatakan satu orang musuh terlalu banyak seribu orang
kawan terlalu sedikit. Namun dalam kenyataannya musuh akan selalu ada
meskipun kita tidak pernah mengundang apalagi menciptakannya. Yang
menjadi tantangan adalah bagaimana kita bisa memposisikan musuh agar
tidak berada dalam posisi yang menarik untuk menyerang kita. Bila hal
tersebut bisa dilakukan, maka kita sudah cukup bisa mengatasi musuh
kita. Namun, bila hal tersebut tidak bisa dilakukan, maka kita bisa saja
terpancing untuk menyingkirkan musuh kita. Dalam situasi inilah kita
akan terjebak dalam paradoks yang satu ini karena untuk menyingkirkan
satu musuh, kita akan menciptakan musuh baru. Semakin banyak kita
menyingkirkan musuh, semakin banyak pula musuh datang. Dan akibatnya,
kita akan mengalami apa yang dikatakan oleh Aurelius, kita akan selalu
memiliki musuh.
6. Semakin kuat semakin lemah
Paradoks yang satu ini mungkin sangat unik. Pada umumnya semua orang
merasa kuat alam keadaan normal. Kita merasa mampu melakukan apa saja.
Namun anehnya, saat kita merasa kuat, kita justru seringkali tidak bisa
menyelesaikan banyak hal. Mengapa? Salah satunya karena kita terpancing
untuk mengerjakan terlalu banyak hal sendirian. Bahkan kita lupa untuk
memohon pertolongan dari Yang Maha Kuasa. Namun setelah kita merasa
tidak berdaya, kita mulai meminta pertolongan orang lain dan memohon
bantuan kepada Yang Maha Kuasa. Pada saat itulah biasanya kita justru
lebih mampu untuk menyelesaikan lebih banyak hal. Apa yang selama ini
tidak mampu kita kerjakan tiba-tiba bisa kita tuntaskan dalam waktu
singkat.
7. Benci dan cinta
Paradoks yang ke-7 adalah kebingungan atau kerumitan antara benci dan
cinta. Banyak orang takut mencintai karena mencintai akan menuntut
orang yang dicintai untuk membalas cinta yang kita berikan. Sayangnya,
dalam banyak kasus, timbal balik seperti itu tidak terjadi. Dalam
situasi tersebut, cinta bisa berubah menjadi benci. Akhirnya, daripada
menjadi benci, maka banyak orang memilih untuk tidak mencintai. Bagi
Anda yang mengalami situasi ini, mungkin ada baiknya mengikuti kata-kata
Mother Teresa:
“I have found the paradox, that if you love until it hurts, there can be no more hurt, only more love.”
Selasa, 07 Juni 2016
7 Paradoks dalam kehidupan kita
Diposting oleh
Darkprince1708@gmail.com
di
00.02
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
Fakta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar