Pages

Senin, 03 Oktober 2016

A Psychopath Called "Loner" Part 13: Death Of Loner (Ends)


13. Death Of Loner (Ends)

Kepala anjing itu menggelinding ke lantai hingga membuat banyak bercak darah. Aku dengan cepat memakai baju dan celana ku, mengambil sebuah pisau dari laci meja kamar anak-anak ini. Aku menunggu penyusup itu masuk ke kamar. Benar saja, seorang bocah laki-laki berusia sekitar 15 tahun masuk dengan santainya kedalam kamar. Dia memakai jacket kulit dan jeans pendek bercorak tentara. Seluruh pakaiannya penuh noda darah yang aku yakin adalah darah anjing-anjingku. Pantas saja mereka tidak menggonggong minta makan daritadi. Dia menatapku dengan sinis, seperti aku sudah melakukan banyak kesalahan padanya. Yang membuatku penasaran adalah, bagaimana anak ini bisa tahu markasku? tidak ada yang tahu kalau tempat ini adalah markasku, bahkan polisi sekalipun. Bocah itu memegang sebuah linggis kecil dan tajam berwarna hitam yang penuh dengan darah. Bahkan cairan merah itu mengalir dan menetes dari linggis yang dipegangnya. Anak-anak gadis peliharaanku terlihat sangat ketakutan, mereka terlihat seperti berlindung dibelakangku.
"Kau siapa?" tanyaku pada bocah itu. Bocah yang memiliki tatapan tajam, bocah bertubuh tinggi dan kurus. Dia tidak menjawab. Hanya diam sembari menatap kami semua. Aku pun kesal, aku mencoba menyerangnya namun dia ternyata memiliki sebuah pistol yang dia sembunyikan dibelakang tubuhnya. Tunggu dulu, itu pistolku! Dia menembakkan pistol itu tepat diperutku, "Dooorrr!!" perutku serasa pecah. Sangat sakit. Darah langsung keluar dengan deras. Aku jatuh lalu memegangi perutku yang mengeluarkan banyak darah. Kulihat bocah itu berjalan santai mendekati anak-anak peliharaanku. Dia menembaki mereka satu-persatu tepat dibagian kepala hingga otak mereka keluar. Yang terakhir dia bunuh adalah Lara. Bukan dengan pistol melainkan linggis yang dipegangnya. Bocah itu menghantamkan linggis itu kekepala dan punggung Lara. Lara pun mati dengan mengenaskan. Bocah itu lalu mendekatiku, dia mengarahkan moncong pistol tepat dikeningku, "Cekreekk," ternyata pelurunya habis. Tapi kurasa aku tetap akan mati karna aku sudah tidak merasakan apa-apa lagi, tubuhku sudah kedinginan.
"Se-sebelum kau membunuhku," kutarik kerah jacketnya dan mendekatkan wajahnya ke wajahku,
"Tolong beritahu aku si-siapa... Kau." Perutku sudah terlalu banyak mengeluarkan darah. Aku akan mati. Dia melepaskan genggamanku lalu membanting tanganku. Dia mencekik leherku lalu berulang-kali memukuli wajah dan hidungku. Dia mengayunkan linggisnya ke lenganku dengan kuat, lenganku hancur membuat darah berserakan. Tapi aku tetap tak merasakan apapun lagi. Aku sudah sekarat.
"Aku adalah, Ant." tatapnya dengan dingin dan tanpa ekspresi. Aku tertawa, dengan sisa tenaga yang kupunya aku mencoba menghinanya,
"Ant bukankah semut? nama aneh seperti apa itu. uhukk.. hahaha." Aku muntah darah. Aku terus mencoba menghinanya namun dia hanya diam dan tetap tanpa ekspresi. Dia menusukan linggisnya keperutku. Berulangkali. Hingga kurasa darah tidak ada tersisa sedikitpun ditubuhku. Aku bermandikan darah. Aku merasa sangat haus dan lemah. Wajahku pucat. Bahkan untuk menggerakan jaripun aku tidak sanggup. Yah, kalaupun aku mati kurasa tidak apa-apa karna aku mati didalam tempat kesayanganku. Dia menusukan linggis itu lagi kedadaku. Tepat di jantung. Aku tidak dapat bernafas lagi. Bahkan pandanganku sudah gelap. Aku akan segera mati, menebus segala perbuatan keji yang telah kulakukan. Tapi aku tidak menyesal, aku senang melakukan hal itu. Beberapa saat kemudian aku merasa sangat panas, aku mencium bau asap yang sangat menyengat. Si bajingan itu membakar markasku. Tapi aku tetap tak dapat melihat apalagi bergerak. Sial, kenapa aku tidak mati saja...

(A Psychopath Called Loner, Tamat)

4 komentar:

Disqus Shortname

Comments system